run text

Selamat Datang Di Blog Kumpulan Berbagai Makalah Artikel, dan Cerita
 

Saturday, January 24, 2015

ARTIKEL Perkembangan Kemajuan IPTEK

0 komentar
Sejalan dengan Perkembangan zaman juga kemajuan Ilmu pengetahuan serta kemajuan teknologi, di Indonesia ada fenomena merayakan hari-hari besar keagamaan secara meriah dan besar-besaran tak terkecuali hari raya umat islam. Contoh paling nyata yaitu hari raya Idul fitri dan Idul adha yang di rayakan oleh seluruh umat secara meriah dan besar-besaran, selain itu juga berlangsungnya pun tak hanya sebentar, dapat selama berhari-hari bahkan malah bisa berminggu-minggu. Stasiun televisi milik pemerintah maupun swasta juga seakan tak mau ketinggalan, mereka turut menyemarakan dengan manyajikan berbagai program-program terbaik mereka yang di kemas dalam suasana dan nuansa hari raya.
Tak hanya itu berbagai kejadian religius keagamaan pun masuk dalam kalender nasional sebagai hari libur nasional atau pun paling tidak di rayakan secara nasional bahkan sekarang ini juga terdapat cuti bersama untuk hari besar tersebut. Misalnya peristiwa isra mi’raj, hijrah ( tahun baru hijriah) kalau orang jawa biasa menyebut satu suro, atau taun baru umat islam dll. Bahkan selain itu kegiatan religius pada bulan ramadhan, seperti sholat tarawih, sahur dan juga buka puasa bersama juga di kemas secara meriah oleh seluruh stasiun televisi. Tidak bermaksud mengada-ada kejadian fenomena seperti ini perlu kita cermati bersama  karena hal ini membawa dampak positif dan negatif secara keseluruhan dari adanya kemajuan pengetahuan dan  teknologi.
Secara tidak langsung semua kegiatan perayaan dan publikasi tersebut mengandung nilai dakwah yaitu pengenalan beberapa ajaran islam kepada orang-orang yang belum mengenal islam  atau terhadap orang-orang yang belum mengetahui dengan baik ajaran-ajaran agama islam, sehingga islam semakin di kenal baik oleh masyarakat. Pempublikasian itu semua juga menimbulkan kebanggaan juga keberanian besar dalam diri masyarakat islam untuk tidak menunjukan jati dirinya, karena  eksistensi mereka memang sudah di akui publik secara luas. Lebih dari itu umat islam juga tidak canggung lagi untuk menyampaikan islam kepada publik secara terang-terangan.
Di sadari atau tidak  publikasi yang di lakukan berbagai media masa, baik cetak maupun elektronik terhadap berbagai kegiatan ritual islam sangat membantu dalam penyampaian ajaran-ajaran islam kepada publik. Tak hanya itu publikasi terhadap berbagai kegiatan ritual keagamaan tersebut juga semakin memacu gairah umat islam untuk merayakan hari raya  keagamaan dengan terang-terangan serta memacu keinginan umat islam untuk mempublikasikan kegiatan-kegiatan ritual keagamaan nya.
Adanya kemajuan teknologi di masa modern ini, internet contohnya yang memunculkan berbagai situs jejaringan sosial seperti facebook, twitter, friendster my space, youtube, dan masih banyak yang lainnya yang bisa meresahkan umat islam karena penggunaan nya yang tidak sesuai dengan aturan-aturan umat islam.
Seperti halnya yang berbau pornografi siapapun yang melihatnya pasti akan tertarik dan semakin penasaran untuk mengetahuinya lebih lanjut. Sebenarnya tak hanya situs jejaringan sosial  yang ada dalam internet tetapi juga buku-buku, tabloid, juga banyak publik-publik lain di koran, majalah ataupun acara-acara yang ada di televisi yang di katakan sebagai laporan investigasi. Namun sebenarnya malah justru mengeksploitasikan sisi seksualitasnya yang di suguhkan secara provokatif, para pembaca maupun penonton yang menikmati laporan seperti ini bukan karena keingintahuan mereka tentang apa yang terjadi di masyarakat tetapi lebih di dorong oleh nafsu seksualnya.
Hal yang terjadi semacam ini sedang ngetren sekarang ini, tentu saja sangat berbahaya bagi para remaja yang sedang di hinggapi rasa penasaran, orang yang penasaran biasanya mencari media apa saja untuk bisa menghantarkan kepenasarannya kepada realita yang sesungguhnya. Karena itu remaja biasanya sangat senang dengan tontonan yang berbau pornografi. Setelah melihat atau membaca buku, majalah koran, tabloid atau pun dari kemajuan teknologi lainnya seperti internet bisa timbul ilusi seksual nya. Jika ini terjadi maka ini awal dari seorang remaja akan terjerumus kedalam hal-hal tercela.
Maka dari itu seharusnya para penulis maupun pengelola media massa mempertimbangkan dampak negatifnya  dari penerbitan atau penayangan program-program investigasi sosial yang mengandung seksualitas.
Selain adanya sisi negatif dari situs jejaringan sosial yang ada di internet juga terdapat sisi positifnya, dari kemunculan situs jejaringan tersebut. Contohnya yang ada kita dapat saling bertukar pengetahuan maupun pengalaman dengan orang yang sudah kita kenal atau pun yang belum pernah kita kenal sebelumnya.  Selain itu para pemuka islam para ulama maupun para da’i dapat berdakwah melalui situs jejaringan sosial yang ada untuk menyampaikan ajaran-ajaran islam. Selain itu kita pun dapat berorganisasi, bermain dan juga menambah ilmu pengetahuan dari kemajuan teknologi tersebut.
Di sadari atau tidak semua itu adalah akses dari pemahaman formalitas terhadap agama yang mengedepankan kulit daripada isi  dan mungkin sekali semua itu juga dampak tidak langsung dari publikasi terhadap ritual keagamaan.
Karena itu perlu upaya komprehensif dari semua pihak terutama para da’i ulama pemuka-pemuka agama islam dan seluruh umat islam untuk menyampaikan islam secara komprehensif.
Hampir menjadi pengetahuan umum bahwa dasar dari peradaban modern adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Iptek merupakan dasar pondasi yang menjadi penyangga bangunan peradaban modern sekarang ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak di tentukan oleh tingkat penguasaan tentang iptek. Telah di akui bahwa iptek di satu sisi telah memberikan berkah (keuntungan dan anugerah) yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia, namun di sisi lain iptek telah mendatangkan petaka yang pada gilirannya mengancam nilai kemanusiaan, kemajuan dalam bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia. Hampir-hampir tidak ada segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan-perubahan ini pada kenyataan telah menimbulkan pergeseran pada nilai-nilai dalam kehidupan umat manusia termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral dan kemanusiaan.


Baca Selengkapnya

Tuesday, January 13, 2015

makalah makna kalimat thoyyibah

0 komentar
Untuk mendownload file PDF makalah ini silahkan (klik disini) atau masuk ke menu Download dan jangan lupa untuk menampilkan referensi dari blog ini riyansaludi.blogspot.com 
KATA KUNCI 

 Pengertian Kalimat Thoyyibah

Macam-macam kalimat Thoyyibah

Manfaat Mengucapkan Kalimat Thoyyibah

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
          Kalimat thoyyibah merupakan pondasi dasar atau aqidah keimanan yang harus dibangun oleh setiap orang yang ingin jadi muslim, layaknya sebuah pondasi yang menentukan sebuah bangunan, kalimat thoyyibah sebagai aqidah yang tertanam kuat dalam hati dan jiwa seseoarang juga menentukan kekuatan, keindahan, dan ketulusan perilaku,perbuatan, dan perkataan seseorang.
          Kalimat thoyyibah di samping sebagai do’a juga sebagai ungkapan dzikir yang akan selalu mengingatkan pembacanya kepada Alloh sang pencipta dan pengatur alam semesta, yang harus disembah dan dimintai pertolongan-Nya. Oleh karena itu, setiap orang islam dianjurkan untuk menghiasi, memagari, dan membentengi dirinya dengan kalimat thoyyibah. Maka dalam makalah ini akan membahas Makna dan Ragam Kalimat Thoyyibah.

B.               Rumusan Masalah
1.        Pengertian Kalimat Thoyyibah
2.        Macam- macam kalimat Thoyyibah
3.        Manfaat Mengucapkan Kalimat Thoyyibah

C.   Tujuan pembuatan makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pembuatan makalah tersebut adalah
1.       Agar dapat mengetahui dan memahami pengertian kalimat Thoyyibah
2.      Mengetahui macam-macam kalimat Thoyyibah
3.      Dan mengetahui manfaat mengucapkan kalimat Thoyyibah

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Kalimat Thoyyibah

          Kalimah Thoyyibah secara bahasa adalah perkataan yang baik. Kalimat thoyyibah adalah kalimat yang bagus untuk diucapkan Dalam Islam, Kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Serta mengandung aneka perbuatan ma'ruf dan pencegahan dari perbuatan munkar, sedangkan menurut ahli hukama’yaitu; kalimat yang diucapkan oleh seseorang mencerminkan suatu kepribadian orang tersebut. Maka tepatlah hadits Rosululloh SAW yang mengatakan keselamatan seseorang tergantung pada lisannya.
          Manusia adalah mahluk Alloh SWT yang mulia, diantara kemulyaanya itu adalah manusia dianugrahi suatu kebebasan berkehendak, artinya manusia bebas memilih yang mereka kehendaki. Firman Alloh dalam surat Al-Kahfi.Manusia bisa menjadi mahluk yang mulia jika berkehendaknya menuju jalan yang baik dan manusia akan menjadi lebih hina jika berkehendaknya menuju hal yang tidak diridhoi Alloh. Kehendak manusia tidak bersifat mutlaq, kebebasan mutlaq ada pada Alloh SWT. Alloh lah yang menentukan segala-galanya, dan Allohlah tempat memohon. Orang yang beriman ketika memulai uasahanya atau untuk mendapat apa yang diinginkan dengan berdo’a. Firman Alloh dalam Al-Qura’an (Surat Al-Fathir 10).
          Pada Surat Al-Fathir 10digambarkan dengan perkataan-perkataan baik atau dikenal dengan kalimat thoyyibah akan menghantarkan dan menemui usaha-usaha baik yang dilakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sedangkan secara umum kalimat thoyyibah adalah semua perkataan atau ucapan yang diridhoi Alloh SWT dan pengucapannya mengingatkan akan keagungan Alloh SWT. Oleh karena itu, kalimat thoyyibah harus sering diucapkan dengan sepenuh hati. Sehingga kehadiran alloh selalu dirasakan. Dengan demikian manusia akan terhindar dari bisikan iblis dan selalu melakukan hal-hal yang di ridhoi Alloh.

B.     Macam-macam Kalimat Thoyyibah

            Kalimat thoyyibah biasa disebut dengan nama Al-Baqiyyatus solihat. Dalam Al-Qur’an disebutkan yang artinya: harta dan anak-anak adalah perhiasan dan kehidupan dunia tetapi amalan yang kekal lagi sholeh adalah lebih baik pahalanya disisi tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.Yang termasuk baqiyyatussolihat adalah lailahaillalloh, Alloh akbar, subhanalloh, Alhamdulillah, dan walahaula wala quwata illabillah.
Adapun diantara kalimat thoyyibah yaitu sebagai berikut:
1.      Lailahaillalloh
            Kalimat Lailahaillalloh itu mempunyai arti tiada tuhan selain Alloh di sebut juga kalimat tauhid atau kalimat tahlil. Kalimat tersebut harus sering diucapkan sebagai dzikir (mengingat) kepada Alloh karena kunci utama keesaan Alloh. Dan nabipun mengajarkan bahwa dzikir yang utama adalah Lailahaillalloh. Imam Ghozali memberikan nama kalimat tahlil sebagai kalimat attauhid, attaqwa, kalimat thoyyibah, da’wah alha, alurwah, al wustqo, dan tsamanul jannah.Kalimat tahlil bila diucapkan(untuk dzikir) dengan khusu’, ikhlas, dan penuh penghayatan hati, maka akan membuahkan hasil yang baik yaitu menambah kekebalan iman, ketaatan kepada Alloh dan juga, ketentraman jiwa dan ketercukupan bahan pangan dan minuman.

2.      Kalimat takbir Alloh akbar
            Kalimat ini mempunyai makna yang sangat agung sebagai mana arti bahasanya. Keagungannya tercermin dari bahasanya yaitu Alloh dan Akbar. Alloh adalah Dzat yang maha ada, keberdaannya tidak bergantung dan menjadi sumber adanya yang lain. Alloh adalah satu-satunya tuhan yang ada. Sedang lafadz Akbar sendiri artinya maha besar yang tercantum dalam asmaul husna.Pengucapan Alloh Akbar dengan penuh keimanan dan penghayatan akan berfungsi sebagai tujuan dan deklarasi keagungan dan ketinggian Alloh, ketika lafal Alloh Akbar diucapkan dan terdengar maka alam semesta dan seisinya, dunia dan segala urusan adalah kecil. Orang yang selalu dzikir Alloh Akbar akan selalu diingat dan dicintai oleh Alloh dan juga dapat menghapus dosa. Firman Alloh yang artinya: ”hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah. Dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadanya di waktu pagi dan petang”. (Q.S Al-azab 41-42).
          Dzikir Alloh Akbar biasa dilaksanakan pada waktu sholat, sesudah sholat, pada waktu malam harinya. Selain itu juga di baca pada waktu:
a. Menyembelih binatang setelah membaca basmalah.
b. Ketika melihat hilal/ bulan terbit.
c. Pada waktu melihat orang yang menakutkan.
d. Ketika dilanda musibah.
e. Ketika merayakan suatu kemenangan dll.
3.      Kalimat Tahmid Alhamdulillah
            Kalimat tahmid mempunyai makna segala puji bagi Alloh. Kalimat ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Alloh atas segala sesuatu atau nikmat yang diberikan Alloh. Kalimat tahmid merupakan buah dari ketauhidan yang dimiliki seseorang, dia percaya bahwa hanya Alloh yang maha pemberi, pencipta, pemelihara, oleh karenanya hanya kepada Alloh puji syukur dipanjatkan. Lafal Alhamdulillah sering diucapkan dalam berbagai momentum antara lain; setiap melakukan sholat; dalam bacaan Al-Fatihah; bangun ruku’; mengawali dan mengakhiri do’a; mengawali pidato; setelah bersin. Lafal Alhamdulillah akan memberatkan timbangan amal baik, hadits nabi yang artinya: ”ada dua kalimat yang ringan di bibir, berat di timbangan dan keduanya dicintai Alloh yang maha pengasih, mulia dan perkasa, yaitu subhanalloh, wabihamdihi, subhanallohil adzim”.
4.      Kalimat istighfar
          Kalimat istighfar merupakan ucapan permohonan ampun kepada Alloh, dalam kalimat istighfar mengandung makna tauhid dan iman karena hanya Alloh yang menjadi sumber ampunan dan hanya Alloh yang tahu batasan-batasan kesalahan manusia. Alloh akan mengampuni dosa-dosa manusia kecuali syirik , firman Alloh(QS. Attaubah 25) yang artinya: “dari dialah yang menerima taubat dari hamba-hambanya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
          Sebagai hamba Alloh tentunya banyak melakukan kesalahan-kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Sebaik-baik orang yang bersalah adalah memohon ampun atas kesalahannya dan tidak akan mengulangi lagi. Orang yang selalu dzikir istighfar atau memohon ampun, Alloh akan memberi jalan keluar dari kesulitan dan kesusahan dan akan dilimpahkan rizkinya.
5.      Kalimat Tasbih Subhanalloh
          Kalimat tasbih atau subhanalloh artinya maha suci Alloh, kalimat ini termasuk dalam baqiatus sholihat, hadits di muka sudah menjelaskan bahwa kalimat tahlil dan tahmid dapat memberatkan timbangan amal baik. Sebagai seorang mu’min dianjurkan unuk selalu bertasbih firman Alloh: (QS.Qof 39-40) yang artinya: “maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam. Dan bertasbihlah kamu kepadanya dimalam hari dan setiap selesai sholat”.

C.     Manfaat Mengucapkan Kalimat Thoyyibah.

            Kalimat thoyyibah seperti kalimat istighfar, tasbih, takbir, tahmid, istirja’, dan hauqola bila biasa diucapkan untuk dzikir kepada Alloh maka akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain; mengandung amar ma’ruf; dan mencegah yang mungkar.
Manfaat dari mengamalkan kalimat Baqiyatus solihat (lailahaillalloh, Alloh akbar, subhanalloh, Alhamdulillah, dan walahaula wala quwata illabillah) diantaranya:
-          Dapat menghapus dosa.
-          Mengangkat derajat.
-          Terhindar dari neraka.
-          Membuka pintu surga.
-          Memberatkan amal baik dan senantiasa mendekatkan diri kepada Alloh
          Orang yang selalu dzikir istighfar atau memohon ampun, Alloh akan memberi jalan keluar dari kesulitan dan kesusahan dan akan dilimpahkan rizkinya.





BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
            Demikianlah makalah yang kami buat, mudah-mudahan pembahasan dalam makalah ini dapat memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan bagi kita dan semoga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kami mengakui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
            Kalimat toyyibah adalah suatu kalimat atau ucapan yang baik dan patut untuk dilafalkan dalam kehidupan sehari-hari.Macam-macam kalimat thoyyibah banyak seperti lailahailalloh, Allohuakbar, Alhamdulillah, subhanalloh, lahaula walaquwata illabillah, istighfar dll. kalimat Baqiyatus solihat masuk juga dalam kalimat thoyyibah.
          Didalam kalimat thoyyibah juga banyak mengandung keutamaan-keutamaan antara lain sebagai kunci surga, menghindari tekanan batin, stres, dan depresi berat, dan juga memberatkan timbangan amal baik. Oleh karena itu, setiap orang islam dianjurkan untuk memagari, membentengi, dan menghiasi diri dengan kalimat thoyyibah.

B.     Saran
Maka dari itu kita harus mengamalkan kalimat thoyyibah dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian makalah yang dapat kami susun,  mungkin dalam penyusunan makalah ini  masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran kami harapkan untuk menjadi pelajaran di masa mendatang.





Daftar pustaka


Makna dan ragam kalimat thoyyibah.2014.http://coretanoelile.blogspot.com/2011/03/makna-dan-ragam-kalimat-thoyyibah-i.html?m=1.di unduh pada tanggal 20 november 2014 pukul 19.00
Baca Selengkapnya

Monday, January 12, 2015

Makalah Konsep Pendidikan Menurut Al-Ghazali & KH. Ahmad Dahlan

0 komentar

Untuk mendownload file PDF makalah ini silahkan (klik disini) atau masuk ke menu Download dan jangan lupa untuk menampilkan referensi dari blog ini riyansaludi.blogspot.com 


Kata kunci : Konsep Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali, Konsep Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Bersamaan dengan perputaran dunia, modernisasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dari hari ke hari semakin berkembang, akhir-akhir ini kita melihat banyak generasi Islam yang sudah tidak mengenal para tokoh Islam yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan dunia pendidikan. Mereka kadang meremehkan dengan mengatakan, Di mana tokoh Islam? Hal ini terjadi karena mereka kurang mengenal terhadap beberapa tokoh Islam yang berhasil mencetak generasi yang tidak kalah hebat dengan tokoh pendidikan non-Muslim dalam mencetak generasi berakhlak al-karimah, disiplin, terhormat, serta bermanfaat untuk kepentingan agama, nusa, dan bangsa.
Dengan berpandangan pada beberapa hal tersebut, mengenal para tokoh pendidikan Islam merupakan salah satu langkah yang seharusnya dilakukan, dimiliki, dihayati dan harus menjadi kebanggaan untuk selalu mengangkat harkat dan martabatnya serta mensosialisasikan dikalangan umum. Dengan begitu generasi penerus Islam bisa berbangga hati bahwa mereka mempuyai tokoh yang pantas untuk dijunjung tinggi sebagai pelita penerang yang melahirkan konsep, teori, dan fatwa yang dijadikan referensi generasi berikutnya dalam kehidupan berbangsa dan beragama. Al-Ghazali dan KH. Ahmad dahlan merupakan salah satu tokoh Muslim yang pemikirannya sangat luas dan mendalam dalam berbagai hal diantaranya dalam masalah pendidikan. Pada hakikatnya usaha pendidikan menurut Al-Ghazali dan KH. Ahmad dahlan adalah dengan mengutamakan beberapa hal terkait yang diwujudkan secara utuh dan terpadu karena konsep pendidikan yang dikembangkannya berawal dari kandungan ajaran dan tradisi Islam yang menjunjung berprinsip pendidikan manusia seutuhnya. Di zaman yang modern ini sangat relevan untuk mengetahui konsep pendidikan dari tokoh Muslim terkemuka ini, pembahasan makalah ini di dalamnya akan membahas  tentang konsep pendidikan menurut Al-Ghazali dan KH.Ahmad Dahlan.

B.   Rumusan Masalah
1.         Konsep Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali
2.         Konsep Pendidikan Islam menurut KH.Ahmad Dahlan

C.   Tujuan Pembuatan Makalah
          Berdasarkan Rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang konsep pendidikan menurut Al-ghazali.
2. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang konsep pendidikan menurut KH.Ahmad Dahlan.







BAB II
PEMBAHASAN

A.          Konsep Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali

          Konsep pendidikan Al-Ghazali dapat diketahui dengan cara memahami pemikirannya berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu: tujuan, kurikulum, etika guru, dan etika murid, metode.

1.            Tujuan Pendidikan menurut Al-Ghazali

          Seorang guru dapat merumuskan suatu tujuan kegiatan dengan baik, jika ia memahami benar filsafat yang mendasarinya. Rumusan selanjutnya akan menentukan aspek kurikulum, metode, dan lainnya. Dari hasil studi terhadap pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui pendidikan ada dua, pertama: tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah SWT; kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
        Karena itu, beliau bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran yang merupakan tujuan akhir dan maksud dari pendidikan. Tujuan itu tampak bernuansa religius dan moral, tanpa mengabaikan masalah duniawi. Akan tetapi, di samping bercorak agamis yang merupakan ciri spesifik pendidikan Islam dengan mengutamakan pada sisi keruhanian. Kecenderungan tersebut sejalan dengan filsafat Al-Ghazali yang bercorak tasawuf. Maka tidak salah bila sasaran pendidikan adalah kesempurnaan insani dunia dan akhirat. Manusia akan sampai pada tingkat ini hanya dengan menguasai sifat keutamaam melalui jalur ilmu. Keutamaan itu yang akan membuat bahagia di dunia dan mendekatkan kepada Allah SWT sehingga bahagia di akhirat kelak. Oleh karena itu, menguasai ilmu bagi beliau termasuk tujuan pendidikan, mengingat kandungan nilai serta kenikmatan yang diperoleh manusia darinya.
          Dari hasil studi pemikiran Al-Ghazali dapat diketahui dengan jelas bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan adalah: Pertama, tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah. dan kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Karena itu, ia bercita-cita mengajarkan manusia agar mereka sampai pada sasaran-sasaran pendidikan yang merupakan tujuan akhir dan maksud dari tujuan itu. Sasaran pendidikan menurut Al-Ghazali adalah kesempurnaan insani di dunia dan akhirat. Manusia akan sampai kepada tingkat kesempurnaan hanya dengan menguasai sifat keutamaan jalur ilmu dan menguasai ilmu adalah bagian dari tujuan pendidikan.

2.            Kurikulum Pendidikan menurut Al-Ghazali

          Kurikulum yang dimaksud adalah kurikulum dalam arti sempit, yaitu seperangkat ilmu yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik. Pendapat Al-Ghazali terhadap kurikulum dapat dilihat dari pandangannya mengenai ilmu pengetahuan yang dibaginya dalam beberapa sudut pandang.
Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
·         Ilmu tercela yaitu ilmu yang tidak ada manfaatnya baik di dunia maupun di akhirat, seperti ilmu nujum, sihir, dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudharat bagi yang memilikinya maupun orang lain dan akan meragukan keberadaan Allah SWT.
·         Ilmu terpuji misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa orang kepada jiwa yang suci bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
·         Ilmu terpuji pada taraf tertentu dan tidak boleh didalami karena dapat mengakibatkan goncangan iman, seperti ilmu filsafat.
Dari ketiga kelompok ilmu tersebut, Al-Ghazali membagi lagi menjadi dua bagian yang dilihat dari kepentingannya, yaitu:
·         Ilmu fardhu (wajib) yang harus diketahui oleh semua orang Muslim, yaitu ilmu agama.
·         Ilmu fardhu kifayah yang dipelajari oleh sebagian Muslim untuk memudahkan urusan duniawi, seperti : ilmu hitung, kedokteran, teknik, ilmu pertanian dan industri.


3.            Pendidik menurut Al-Ghazali

          Dalam suatu proses pendidikan adanya pendidik merupakan suatu keharusan. Pendidik sangat berjasa dan berperan dalam suatu proses pendidikan dan pembelajaran sehingga Al-Ghazali merumuskan sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik diantaranya guru harus cerdas, sempurna akal, dan baik akhlaknya; dengan kesempurnaan akal seorang guru dapat memiliki ilmu pengetahuan secara mendalam dan dengan akhlak yang baik dia dapat memberi contoh dan teladan bagi muridnya.
          Menurut Al-Ghazali, guru yang dapat diserahi tugas mengajar selain harus cerdas dan sempurna akalnya juga baik akhlak dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu pengetahuan secara mendalam, dengan akhlaknya dapat menjadi contoh dan teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya guru dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya.
Selain sifat-sifat umum di atas pendidik hendaknya juga memiliki sifat-sifat khusus dan tugas-tugas tertentu diantaranya:
Ø  Sifat kasih sayang.
Ø  Mengajar dengan ikhlas dan tidak mengharapkan upah dari muridnya.
Ø  Menggunakan bahasa yang halus ketika mengajar.
Ø  Mengarahkan murid pada sesuatu yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan siswa.
Ø  Menghargai pendapat dan kemampuan orang lain.
Ø  Mengetahui dan menghargai perbedaan potensi yang dimiliki murid.

4.            Peserta Didik Menurut Al-Ghazali

          Dalam kaitannya dengan peserta didik, lebih lanjut Al-Ghazali menjelaskan bahwa mereka merupakan hamba Allah yang telah dibekali potensi atau fitrah untuk beriman kepada-Nya. Fitrah itu sengaja disiapkan oleh Allah sesuai dengan kejadian manusia, cocok dengan tabiat dasarnya yang memang cenderung kepada agama Islam.
          Ketika menjelaskan makna pendidikan kepada umat, Al-Ghazali membagi manusia menjadi tiga golongan yang sekaligus menunjukkan keharusan menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda pula, yaitu:
·         Kaum awam, yaitu orang yang cara berfikirnya sederhana sekali. Dengan cara berfikir tersebut mereka tidak dapat mengembangkan hakikat-hakikat. Mereka mempunyai sifat lekas percaya dan menurut. Golongan ini harus dihadapi dengan sikap memberi nasehat dan petunjuk.
·         Kaum pilihan, yaitu orang yang akalnya tajam dengan cara berfikir yang mendalam. Kepada kaum pilihan tersebut harus dihadapi dengan sikap menjelaskan hikmat-hikmat.
·         Kaum pendebat (ahl al jidal), harus dihadapi dengan sikap mematahkan argumen-argumen mereka.
Menurut Al-Ghazali, ketika menuntut ilmu peserta didik memiliki tugas dan kewajiban, yaitu:
·         Mendahulukan kesucian jiwa.
·         Bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan.
·         Jangan menyombongkan ilmunya apalagi menentang guru.
·         Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan.
Dengan tugas dan kewajiban tersebut diharapkan seorang peserta didik mampu untuk menyerap ilmu pengetahuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

5.            Metode Pendidikan Menurut Al-Ghazali

          Perhatian Al-Ghazali terhadap metode pengajaran lebih dikhususkan bagi pengajaran pendidikan agama untuk anak-anak. Untuk ini ia telah mencontohkan suatu metode keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti, dan penanaman sifat-sifat keutamaan pada diri mereka. Metode pengajaran menurut Al-Ghazali dapat dibagi menjadi dua bagian antara pendidikan agama dan pendidikan akhlak.
          Metode pendidikan agama menurut Al-Ghazali pada prinsipnya dimulai dengan hapalan dan pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan dalil-dalil dan keterengan-keterangan yang menguatkan akidah.
          Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan agama harus mulai diajarkan kepada anak-anak sedini mungkin. Sebab dalam tahun-tahun tersebut, seorang anak mempunyai persiapan menerima kepercayaan agama semata-mata dengan mengimankan saja dan tidak dituntut untuk mencari dalilnya. Sementara itu berkaitan dengan pendidikan akhlak, pengajaran harus mengarah kepada pembentukan akhlak yang mulia. Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah suatu sikap yang mengakar di dalam jiwa yang akan melahirkan berbagai perbuatan baik dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.
 Selanjutnya, prinsip metodologi pendidikan modern selalu menunjukan aspek ganda. Suatu aspek menunjukan proses anak belajar dan aspek lainnya menunjukan aspek guru mengajar dan mendidik.
a)     Asas-asas metode belajar
·         Memusatkan perhatian sepenuhnya.
·         Mengetahui tujuan ilmu pengetahuan yang akan dipelajari.
·         Mempelajari ilmu pengetahuan dari yang sederhana menuju yang komplek.
·         Mempelajari ilmu pengetahuan dengan sistematika pembahasan.
b)    Asas-asas metode mengajar
·         Memperhatikan tingkat daya pikir anak.
·         Menerangkan pelajaran dengan cara yang sejelas-jelasnya.
·         Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang konkrit kepada yang abstrak.
·         Mengajarkan ilmu pengetahuan dengan berangsur-angsur.
c)     Asas metode mendidik
·         Memberikan latihan-latihan.
·         Memberikan pengertian dan nasihat-a.
·         Melindungi anak dari pergaulan yang buruk.
Analisis Wacana Tentang Pemikiran al-Ghazali dalam Dunia Pendidikan
          Hal ini dapat dipahami dari satu segi tujuan diciptakannya manusia ialah manusia berpotensi untuk menjadi khalifah fi al-ardi. Potensi tersebut akan bermanfaat hanya jika digali melalui pendidikan karena itulah pendidikan merupakan usaha penggalian dan pengemangan fitrah manusia.
          Akan tetapi, munculnya filsafat pragmatisme yang mendapat inspirasi dari John Dewey, telah mengubah arah orientasi pendidikan. Filsafat pragmatisme telah mengabaikan konsep-konsep kebenaran dan menggantinya dengan kegunaan, dan pengaruh itu berjalan terus, akhirnya terwujudlah manusia-manusia yang menghancurkan konsep keagungan dan kemuliaan diri manusia itu sendiri. Penggantian konsep tersebut mengharuskan kita untuk mengubah sistem pendidikan yang ada sekarang, yang menyangkut dasar, tujuan, materi, kualifikasi, sistem evaluasi pendidikan dan lain-lain sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
          Tidak ada jalan lain untuk mengatasi dunia pendidikan semacam itu kecuali kembali kepada dan menerapkan sistem pendidikan yang memperhatikan fitrah manusia secara utuh, yakni sistem pendidikan Islam. Selanjutnya, terhadap tantangan-tantangn yang sedang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini, ternyata konsep pendidikan al-Ghazali mampu menjawabnya. Bukti kongkritnya adalah Ihya.
          Tampilnya pemikiran al-Ghazali tentang pendidikan dalam dunia pendidikan dewasa ini adalah karena aktualitas konsepnya, kejelasan orientasi sistemnya, dan secara umum karena pemikirannya yang sesuai dengan sosio kultural. Penampilannya dalam dunia pendidikan merupakan usaha pengubahan eksistensi muslim yang saat ini telah rusak hubungannya dengan sejarah masa lampaunya. Juga, sumbangsihnya terhadap pendidikan Islam untuk mempelajari warisan para leluhurnya yang telah dihalangi oleh barat.

B.          KONSEP PENDIDIKAN MENURUT  K.H. AHMAD DAHLAN

K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh yang tidak banyak meninggalkan tulisan. Beliau lebih menampilkan sosoknya sebagai manusia amal atau praktisi daripada filosof yang banyak melahirkan pemikiran dan gagasan-gagasan tetapi sedikit amal. Sekalipun demikian tidak berarti bahwa K.H.Ahmad Dahlan tidak memiliki gagasan. Amal usaha Muhammadiyyah merupakan refleksi dan manifestasi pemikiran beliau dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Istilah pendidikan disini dipergunakan dalam konteks yang luas tidak hanya terbatas pada sekolah formal tetapi mencakup semua usaha yang dilaksanakan secara sistematis untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan, nilai dan keterampilan dari generasi terdahulu kepada generasi muda. Dalam konteks ini termasuk dalam pengertian pendidikan adalah kegiatan pengajian, tablig, dan sejenisnya.
1.            Tujuan Pendidikan
K.H. Ahmad Dahlan tidak secara khusus menyebutkan tujuan pendidikan. Tetapi dari pernyataannya yang disampaikannya dalam berbagai kesempatan, tujuan pendidikan K.H. Ahmad Dahlan adalah Dadijo Kijahi sing kemadjoean, adja kesel anggonmu njamboet gawe kanggo moehammadijah. Dalam pernyataan sederhana tersebut, terdapat beberapa hal penting yaitu Kijahi, kemadjoean, dan njamboet gawe kanggo moehammadijah.
Istilah Kiai merupakan sosok yang sangat menguasai ilmu agama. Dalam masyarakat Jawa, seorang kiai adalah figur yang sholeh, berakhlak mulia, dan menguasai ilmu agama secara mendalam.
Istilah Kemajuan secara khusus menunjuk kepada kemodernan sebagai lawan dari kekolotan dan konservatisme. Pada masa K.H.Ahmad Dahlan, kemajuan sering diidentikkan dengan penguasaan ilmu-ilmu umum atau intelektualitas dan kemajuan secara material. Sedangkan kata njamboet gawe kanggo moehammaddijah merupakan manifestasi dari keteguhan dan komitmen untuk membantu dan mencurahkan pikiran dan tenaga untuk kemajuan umat Islam pada khususnya, dan kemajuan masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan pemahaman tersebut, tujuan pendidikan menurut K.H Ahmad Dahlan adalah untuk membentuk manusia yang :
a.     Alim dalam ilmu agama.
b.    Berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum.
c. Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyyah dalam menyantuni nilai-nilai keutamaan dalam masyarakat.
Rumusan tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendididkan pesantren hanya bertujuan untuk menciptakan individu yang sholeh dan mendalami ilmu agama. Sebaliknya pendidikan model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang di dalamnya tdak diajarkan agama sama sekali. Pelajaran di sekolah ini menggunakan huruf latin. Akibat dualisme pendidikan tersebut, lahirlah dua kutub intelegensia: lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum, dan lulusan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama.
          Melihat ketimpangan tersebut, beliau berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh: menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual, serta dunia dan akhirat. Baginya kedua hal tersebut merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
2.            Materi Pendidikan
Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut, K.H.Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
a.  Pendidikan moral,akhlaq, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan al-Quran dan Sunnah.
b. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh, yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelek, antara perasaan dan akal pikiran serta antara dunia dan akhirat.
c. Pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.
Meskipun demikian, K.H.Ahmad Dahlan belum memiliki konsep kurikulum dan materi pelajaran yang baku. Muatan kurikulum pelajaran agama menurut K.H.Ahmad Dahlan bisa dilihat dari materi pelajaran agama yang diajarkannya dalam pengajian-pengajian di madrasah dan pondok Muhammadiyyah. K.R.H Hajid, salah seorang muridnya mengumpulkan ajaran gurunya ke dalam sebuah buku berjudul Ajaran K.H.A. Dahlan dan 17 kelompok ayat-ayat al-Quran yang merupakan catatan pribadinya selama mengikuti pelajaran agama.
Sejalan dengan ide pembaharuannya, K.H.Ahmad Dahlan adalah seorang pendidik yang sangat menghargai dan menekankan pendidikan akal. Dia berpendapat bahwa akal merupakan sumber pengetahuan. Tetapi seringkali akal tidak mendapatkan perhatian yang semestinya. Karena itulah maka pendidikan harus memberikan siraman dan bimbingan yang sedemikian rupa sehingga akal manusia dapat berkembang dengan baik. Untuk mengembangkan pendidikan akal, beliau menganjurkan diberikannya pelajaran ilmu mantiq di lembaga-lembaga pendidikan.
3.            Metode Mengajar
Di dalam menyampaikan pelajaran agama, K.H Ahmad Dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi kontekstual.
Disamping menggunakan penafsiran yang kontekstual, beliau berpendapat bahwa pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. Gagasan Ahmad Dahlan tentang Pembumian ajaran al-Quran tersebut antara lain tercermin dalam pengajaran surat Al-Maun yang dalam perkembangannya melahirkan Majelis Pembinaan Kesejahteraan Umat (MPKU).
Untuk mewujudkan gagasan tersebut, K.H.Ahmad Dahlan melakukan dua langkah strategis yaitu dengan mengajarkan pelajaran agama ekstrakurikuler di sekolah gubernemen.
Sistem penyelenggaraan dan kurikulum sekolah Muhammadiyyah yang didirikannya memiliki dua perbedaan mendasar dengan sekolah dan lembaga pendidikan pada umumnya.
Dilihat dari segi kurikulum, sekolah tersebut mengajarkan tidak hanya ilmu umum tetapi juga ilmu agama sekaligus. Hal ini merupakan terobosan baru mengingat pada saat itu lembaga pendidikan umum (sekolah) hanya mengajarkan pelajaran umum dan sebaliknya, lembaga pendidikan agama (pesantren) hanya mengajarkan pelajaran agama. Dengan kurikulum tersebut, KH.Ahmad Dahlan berusaha membentuk individu yang utuh dengan memberikan pelajaran agama dan umum sekaligus.
Dilihat dari sistem penyelenggaraannya, sekolah tersebut meniru sistem persekolahan model Belanda. Dalam mengajar beliau menggunakan kapur, papan tulis, meja, kursi, dan peralatan lain sebagaimana lazimnya sekolah Belanda. Berkaitan dengan langkah tersebut, beliau berpendapat bahwa untuk memajukan pendidikan diperlukan cara-cara sebagaimana yang digunakan dalam sekolah yang maju. Meniru model penyelenggaraan sekolah tidak berarti mengabaikan ajaran agama sebab penyelenggaraan sistem pendidikan merupakan wilayah muamalah yang harus ditentukan dan dikembangkan sendiri.

BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
        Menurut Al-Ghazali dan K.H.Ahmad Dahlan, pendidikan yang baik merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Ghazali dan K.H.Ahmad Dahlan sama-sama menggabungkan antara kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Tentang kurikulum pendidikan Islam, Al-Ghazali mengatakan bahwa Al-Quran beserta kandungannya berisikan pokok-pokok ilmu pengetahuan. Isinya sangat bermanfaat bagi kehidupan, membersihkan jiwa, memperindah akhlak, dan mendekatkan diri kepada Allah.
          Tujuan pendidikan Islam dalam pandangan Al-Ghazali hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Adapun tujuan utama dari penggunaan metode dalam pendidikan harus diselaraskan dengan tingkat usia, kecerdasan, bakat dan pembawaan anak dan tujuannya tidak lepas dari nilai manfaat. Tentang pendidik, Al-Ghazali menekankan bahwa seorang pendidik harus memiliki norma-norma yang baik, khususnya norma akhlak. Karena pendidik merupakan contoh bagi anak didiknya. Dalam kaitannya dengan peserta didik, Al-Ghazali menjelaskan bahwa mereka merupakan hamba Allah yang telah dibekali potensi atau fitrah untuk beriman kepada-Nya. Fitrah itu sengaja disiapkan oleh Allah sesuai dengan kejadian manusia, cocok dengan tabiat dasarnya yang memang cenderung kepada agama Islam.
          Sedangkan tujuan pendidikan menurut KH.Ahmad Dahlan yaitu Alim dalam ilmu agama, Berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum, dan juga Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyyah dalam menyantuni nilai-nilai keutamaan dalam masyarakat. Pada intinya tujuan pendidikan menurut KH.Ahmad Dahlan yaitu untuk melahirkan individu yang utuh: menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual, serta dunia dan akhirat
Dilihat dari segi kurikulum, menurut pandangan KH.Ahmad Dahlan agar sekolah mengajarkan tidak hanya ilmu umum tetapi juga ilmu agama sekaligus.
B.          Saran
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, mungkin dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk menjadikan pelajaran di pembuatan makalah pada masa mendatang.



Daftar pustaka
noviyanti.SR. konsep pendidikan menurut kh.Ahmad dahlan.
Anwar.amad. konsep pendidikan menurut al-ghazali. http://amadanwar.blogspot.com/2012/05/konsep-pendidikan-islam-menurut-al.html?m=1. di unduh pada kamis 20 November 2014 pukul 13.20

  
Baca Selengkapnya