run text

Selamat Datang Di Blog Kumpulan Berbagai Makalah Artikel, dan Cerita
 

Tuesday, October 25, 2016

MAKALAH SASARAN DAN OBJEK PENILAIAN (KOGNITIF, AFEKTIF, dan PSIKOMOR)

2 komentar

MAKALAH  SASARAN DAN OBJEK PENILAIAN

oleh
RIYAN SALUDI
Untuk mendownload file PDF makalah ini silahkan (klik disini) atau masuk ke menu Download
jangan lupa untuk menampilkan referensi dari blog ini riyansaludi.blogspot.com 






Keyword: Unsur penilaian, objek penilaian, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sejalan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya mengenal istilah evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa setiap jenjang dan  jenis pendidikan dalam setiap periode pendidikan tertentu selalu mengadakan evaluasi. Kegiatan ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik di dalam memahami materi pembelajaran, perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat, hubungan sosial sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah tepat metode dan materinya sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.
Akan tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini seorang guru yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang mengalami kesulitan dalam memahami sasaran dan obyek penilaian hasil belajar peserta didik, selain itu evaluasi yang di lakukan seorang evaluator tersebut hanya sebatas penilaian semata. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik yang mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya pamahaman mengenai sasaran dan obyek penilaian dalam pembelajaran sehingga jika terjadi kekurangan ataupun kelemahan didalamnya dapat segera di perbaiki untuk kedepannya agar tujuan pem-belajaran yang telah di rumuskan pada kurikulum dapat tercapai sesuai yang di harapkan, kemudian pemakalah akan menguraikan beberapa bagian dari sasaran dan objek pembelajaran di antaranya mengenai unsur-  unsur sasaran penilaian meliputi input, transformasi, dan output. Kemudian yang menjadi obyek penilaian di antaranya yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

silahkan klik disini

B.     RUMUSAN MASALAH
Setelah kita melihat latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Apa saja yang menjadi  unsur-unsur penilaian ?

2.      Apa saja objek penilaian?

3.      Apa saja ranah kognitif, afektif dan psikomotor ?


C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah evaluasi pendidikan dan semoga bisa menjadikan sumbangsih dalam pengetahuan, yang sekiranya dapat membantu untuk menambah pemahaman mengenai sasaran dan objek penilaian, di antaranya:
1.      Untuk mengetahui apa saja yang menjadi unsur-unsur penilaian.
2.      Untuk mengetahui objek penilaian.
3.      Untuk mengetahui ranah kognitif, afektif dan psikomotor.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    SASARAN EVALUASI

Objek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang di jadikan pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut.[1] Objek penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Dengan menggunakan diagram tentang transformasi maka  untuk unsur-unsur sasaran objek evaluasi pendidikan meliputi :
a.      Input
Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal :
1)      Kemampuan
Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.
2)      Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau pesonality test.[2]

3)      Sikap-sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengukur keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.
4)      Inteligensi
Untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut.

b.      Transformasi
Telah dijelaskan bahwa banyak unsur yang terdapat dalam tranformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau obyek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain :
a)      Kurikulum/materi,
b)      Metode dan cara penilaian,
c)      Sarana pendidikan/media,
d)     Sistem administrasi,
e)      Guru dan personal lainnya.[3]
c.       Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program pendidikan. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.[4]

B.     OBJEK EVALUASI PENIDIKAN

Dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input atau bahan mentah yang siap untuk di olah, tidak lain adalah para calon pesserta didik. Di lihat dari segi input ini maka objek evaluasi pendidikan ini meliputi aspek kemampuan, aspek kepribadian, dan aspek sikap.[5] Bloom bersama rekan-rekannya telah menjadi pelopor dalam menyumbangkan suatu klasifikasi tujuan pembelajaran (educational objectives). Ada tiga ranah yang selanjutnya di sebut taksonomi (pengelompokan) yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Adapun taksonomi yang dimaksud adalah: Ranah kognitif (cognitive domain) menurut bloom dan kawan-kawannya mencakup : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Krathwohl, Bloom, dan kawan-kawan meliputi : penerimaan (receiving), partisipasi (responding), penilaian/penentuan sikap (valuing), organisasi(organization), pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex). Ranah psikomorik (psykomotoric domain) menurut klasifikasi simpson mencakup: persepsi ( perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan yang terbiasa (mechanical response), gerakan yang kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan (adjustment), dan kreatifitas (creativity).[6]

1.      ASPEK KEPRIBADIAN

Aspek kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Sebelum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing, sebab baik buruknya kepribadian peserta secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengikuti program pendidikan tertentu. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkap kepribadian seseorang adalah dengan jalam menggunakan tes kepribadian (personality test).[7]

2.      ASPEK KOGNITIF (KEMAMPUAN)

Aspek kognitif (kemampuan) adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Yang menjadi tujuan pengajaran di SD, SMP, dan di SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Dalam aspek kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir menurut taksonomi Bloom (1956), yang diurutkan secara hierarki piramidal. Sistem klasifikasi Bloom itu dapat digambarkan sebagai berikut:



Add caption





Keenam aspek ini bersifat kontinum dan overlap (saling tumpang tindih). Aspek yang kebih tinggi meliputi semua aspek di bawahnya.
Overlap antara aspek-aspek kognitif ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini


Dengan demikian :
Aspek 2 meliputi juga aspek 1;
Aspek 3 meliputi juga aspek 2 dan 1;
Aspek 4 meliputi juga aspek 3, 2 dan 1;
Aspek 5 meliputi juga aspek 4, 3, 2 dan 1;
Aspek 6 meliputi juga aspek 5, 4, 3, 2 dan 1;

Berikut ini penjelasan singkat tiap aspek sebagaimana dalam taksonomi Bloom.
a.      Pengetahuan (knowledge)
Adalah aspek yang paling dasar, seringkali juga di sebut aspek ingatan atau mengingat-ingat kembali (recall).  Kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Dalam penilaiannya bentuk soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan ini antara lain: benar-salah, menjodohkan isian atau jawaban singkat, dan pilihan ganda.[8]
b.      Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-mengajar. Sisiwa di tuntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang di komunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.
Kemampuan pemahaman dapat di jabarkan menjadi tiga, yaitu :
1.      Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Kata kerja operasional yang di gunakan untuk merumuskan dan mengukur kemampuan menerjemahkan ini adalah: menerjemahkan, mengubah, mengilustrasikan dan sebagainya.[9]
2.      Menginterprestasi ( interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi. Misalnya: diberikansuatu diagram, table, grafik, atau gambar-gambar lainnya kemudian peserta didi di minta untuk menafsirkannya.

3.      Mengekstrapolasi ( extrapolation)
Berbeda dengan menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Contoh yang sederhana: 2-4-6-8-10…-…
Siswa diminta mengisi dua bilangan yang merupakan kelanjutan dari deret itu. Selain ekstrapolasi ada juga intrapolasi perbedaannya hanya pada letak titik-titik, jika letak titiknya di tengah disebut intrapolasi.
Kata kerja operasional yang dapat dipalai untuk mengukur kemampuan ini adalah memperhitungkan, mempakirakan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.[10]

c.       Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Pengukuran kemampuan ini umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving).  Melalui pendekatan ini siswa dihadapkan dengan suatu masalah. Masalah riil atau hipotesis, yang perlu dipecahakan dengan menggunakan pengetahuan yang milikinya. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur aspek penerapan antara lain pilihan ganda dan uraian. Kata kerja operasional untuk merumuskannya adalah menggunakan, meramalkan, menghubungkan, meng-generalisasi, memilih, mengembangkan, mengorganisasi, meng-ubah, menyusun kembali, mengklasifikasi, menghitung, menerap-kan, menentukan dan memecahkan masalah.[11]

d.      Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut menjadi lebih jelas. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan danda dan uraian.
e.       Sintesis (synthesis)
Merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
f.       Penilaian (evaluation)
Merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.[12]



3.      ASPEK AFEKTIF (SIKAP)

Aspek afektif (sikap) adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai[13]. Aspek afektif pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar. Aspek afektif ini oleh Krathwohl (1974) dan kawan-kawan ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu :
a.      Menerima atau memperhatikan (receiving or attending).
Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena khusus (kegiatan dalam kelas, music, baca buku, dan sebagainya). Di pandang dari segi pengajaran jenjang ini ber-hubungan dengan menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perhatian siswa.
b.      Menanggapi/ partisipasi (responding).
Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajar dalam jenjang ini dapat menekankan kemauan untuk menjawab.
c.       Menilai atau menghargai/ penentuan sikap (valuing).
Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini berjenjang mulai dari hanya sekedar penerimaan nilai ( ingin memperbaiki keterampilan kelompok) sampai pada tingkat komitmen yang lebih tinggi ( menerima tanggung jawab untuk fungsi kelompok yang lebih efektif), penentuan sikap ini  mencakup kemampuan untuk  memberikan penilaian terhadap sesuatu yang memposisikan diri sesuai denagn penilaiannya itu.
d.      Mengatur atau mengorganisasikan (organization)
Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan konflik di antara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal.


e.       Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai (characterization by a value or value complex)
Pada jenjang ini individu memiliki system nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik “ pola hidup”. Jadi tingkah lakunya menetap, konsisten, dan dapat diramalkan.hasil belajar meliputi sangat banyak kegiatan, tapi penekankan lebih besar diletakan pada kenyataan bahwa tingkah laku itu menjadi ciri khas atau karakteristik siswa itu.[14]

4.    ASPEK PSIKOMOTOR (KETRAMPILAN)

Aspek Psikomotor (ketrampilan) adalah aspek yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berprilaku).[15] Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam aspek kognitif dan aspek afektifnya. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari :
persepsi ( perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan yang terbiasa (mechanical response), gerakan yang kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan (adjustment), dan kreatifitas (creativity)
a.      Persepsi (perception).
Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan, yang dinyatakan dengan adanya suatu reaksi yang menunjukan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulation) dan perbedaan antara rangsangan yang ada. Misalnya siswa akan mampu membedakan huruf d dan g atau antara bentuk angka 6 dan 9 yang di tulis di papan tulis.
b.      Kesiapan (set)
Mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalamkeadaan akan memulai sesuati gerakan atau rangkaian gerakan yang dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental. Misalnya siswa akan mampu mengambil posisi tubuh yang tepat, sebelum meninggalkan garis start dalam perlombaan lari cepat.
c.       Gerakan terbimbing (guided response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, yang dinyatakan dengan menggerakan anggota tubuh menurut contoh yang telh diberikan.
d.      Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan, karena ia sudah mendapat latihan yang cukup, yang dinyatakan dengan menggerakan anggota-anggota tubuh. Misalnya siswa akan mampu meloncat dan menitipkan bola volley dalam 10 menit, dengan membuat kesalahan selama 5 kali.[16]
e.       Gerakan yang kompleks (complex response)
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas berbagai komponen, dengan lancar, tepat dan efisien, yang dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan, serta menggabungkan beberapa sub ketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur. Misalnya siswa mampu membuat sebuah sekrup yang panjangnya 3cm dan tebalnya 0,5cm, dalam waktu setengah jam dengan menggunakan mesin listrik di bengkel.
f.       Penyesuaian pola gerakan (adjustment)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukan suatu taraf ketrampilan yang telah mmencapai kemahiran. Misalnya seorang pemain yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari lawannya dengan kondisi lapangan.
g.      Kreatifitas (creativity)
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru, yang dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Hanya orang yang berketrampilan tinggi dan berani berfikir kreatif akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.[17]
Menilai tujuan belajar psikomotor berbeda dengan cara menilai tujuan belajar kognitif. Tidak semua tujuan psikomotor dapat diukur dengan tes, melainkan tujuan belajar yang bersifat ketrampilan ini dapat diukur dengan kemmam[uan atau ketrampilan siswa dalam mengerkajan sesuatu.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dalam penilaian hasil pembelajaran terdapat objek dan sasaran penilaian di antaranya terdapat unsur-unsur objek penilaian yang pertama yaitu input yang meliputi kemampuan, kepribadian, sikap-sikap, dan intelegensi. Selanjutnya unsur yang kedua yang menjadi objek penilaian yaitu transformasi yang meliputi kurikulum/materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan/media, system administrasi, guru dan personal lainnya. Yang ketiga adalah output yaitu penilaian terhadap lulusan suatu sekolah. Kemudian yang mejadi sasaran dalam penilaian yang di sebut sebagai taksonomi yang dimaksud adalah: Ranah kognitif (cognitive domain) menurut bloom dan kawan-kawannya mencakup : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Krathwohl, Bloom, dan kawan-kawan meliputi : penerimaan (receiving), partisipasi (responding), penilaian/penentuan sikap (valuing), organisasi (organization), pembentukan pola hidup (characteri-zation by a value or value complex). Ranah psikomorik (psykomotoric domain) menurut klasifikasi simpson mencakup: persepsi ( perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan yang terbiasa (mechanical response), gerakan yang kompleks (complex response), penyesuaian pola gerakan (adjustment), dan kreatifitas (creativity)



Daftar pustaka
Arikunto, Suharsimi.2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara. Ed. Revisi cet. 10. Daryanto.2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta, cet. 4. 
Sudjiono, Anas.2006,.Pengantar Evaluasi Penidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudaryono.2012.Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran,  Yogyakarta: Graha Ilmu


[1] Anas,sudjiono, Pengantar Evaluasi Penidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 25
[2] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Ed. Revisi cet. 10, 2009, hlm 20
[3] Ibid.,
[4] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm 20-22
[5] Anas,sudjiono, Pengantar Evaluasi Penidikan, , hlm. 26
[6] Sudaryono,Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, hlm. 43
[7] Ibid.,  hlm. 26
[8] Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka cipta, 2007cet. 4, , hlm 103
[9] Ibid., hlm 106-107
[10] Ibid., hlm 108
silahkan klik disini
[11] Ibid., hlm 110
[12] Ibid., hlm 113
[13] Sudaryono,Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, hlm. 46
[14] Ibid., hlm 118
[15] Sudaryono,Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran, , hlm. 47
[16] Ibid., hlm 48
silahkan klik disini
Baca Selengkapnya