Makalah Sejarah Peradaban Islam (tiga kerjaan besar periode abad pertengahan)
Keyword : Sejarah Islam telah melalui tiga periode yaitu periode klasik (650-1250), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang).
Untuk mendownload file PDF makalah ini silahkan (klik disini) atau masuk ke menu Download
jangan lupa untuk menampilkan referensi dari blog ini riyansaludi.blogspot.com
jangan lupa untuk menampilkan referensi dari blog ini riyansaludi.blogspot.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa zaman modern sekarang ini mungkin banyak yang kurang mengetahui lebih lanjut tentang sejarah peradaban Islam, bahwa sejarah Islam telah melalui tiga periode yaitu periode klasik (650-1250)[1], periode pertengahan (1250-1800 M)[2], dan periode modern (1800-sekarang)[3]. Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan Islam, adanya integrasi antar wilayah Islam, serta adanya kemajuan di bidang sains. Pada abad pertengahan, Islam mengalami kemunduran yang ditandai dengan terpecahnya kerajaan Islam menjadi beberapa kerajaan antara lain: (a). Kerajaan Usmani di Turki, (b). Kerajaan Safawi di Persia, dan (c). Kerajaan Mughal di India. Kemunculan tiga kerajaan Islam ini banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Kerajaan Usmani di samping yang pertama berdiri juga yang paling terbesar dan paling lama bertahan di bandingkan dua kerajaan yang lainnya meraih puncak kejayaannya dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M)[4] yang telah menundukan banyak wilayah di sekitar Turki Usmani . Kerajaan Safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya (1588-1628 M)[5]. Dan Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M). Seperti takdir yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan cepat. Kemunduran-kemunduran ini tentu sangat besar pengaruhnya terhadap kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya tentang bagaimana sejarah berdiri, perkembangan, kemajuan, kemunduran, serta kehancuran dari tiga kerajaan ini, akan dikupas secara lebih mendalam pada pembahasan selanjutnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Sejarah Kerajaan Turki Usmani di Turki ?2. Sejarah Kerajaan Shafawi di Persia ?3. Sejarah Kerajaan Mughal di India ?
C.
Tujuan
Pembuatan Makalah
Berdasarkan rumusan
masalah di atas maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah di harapkan
pembaca dapat mengetahui tentang :
1.
Sejarah Turki
Usmani di Turki.
2.
Sejarah kerajaan
Shafawi di Persia.
3.
Sejarah
kerajaan Mughal di India.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Kerajaan
Usmani (680-1341 H/1281-1924 M)[6]
didirikan oleh Usman Putera Ertugril[7],
bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang berasal dari Mongol, daerah utara China.
Pembentukan bangsa Turki yang berasal dari kabilah Oghuz ini berawal dari peran
mereka dalam beberapa penaklukan ke negeri yang sebelumnya bukan dari negeri
muslim. Daerah-daerah pegunungan sebelah barat dan bagian utara Anatolia
menjadi rebutan antara kelompok yang saling berusaha menguasai Ertughrul salah
satu pimpinan di wilayah negara tentara perbatasan Bizantium. Di sana, di bawah
pimpinan Erthugrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan
Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan
mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin
menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak saat itu, mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud
sebagai itu kota[8]
. Sepeninggal Erthogril, atas
persetujuan sultan Alauddin II, kedudukan Erthogril digantikan puteranya yang
bernama utsman yang memerintah Turki Utsmani antara tahun 1281-1324 M. Serangan
bangsa mongol terhadap bangsa seljuk yang terjadi pada tahun 1300 M.
menyebabkan dinasti ini menjadi terpecah-pecah menjadi sejumlah dinasti kecil.
Dalam kondisi kehancuran dinasti saljuk inilah Utsman mengklaim kemerdrkan
secara penuh atas wilayah yang di kuasainya, sekaligus memproklamasikan sejarah
berdirinya dinasti Utsmani. Kekuatan militer Utsman menjadi benteng pertahanan
sultan dinasti-dinasti kecil dari ancaman bahaya serangan mongol. Dengan
demikian, secara tidak langsung, mereka mengakui Utsaman sebagai penguasa
tertinggi dengan gelar “Padiansyah Ali
Utsman”[9]
(Ali, 1996: 362)[10]
2. Perkembangan dan Kemajuan Kerajaan Turki Usmani
Kegigihan
dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin Turki Usmani membawa dampak
yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani
dapat diraih dengan cepat. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani
yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan
dalam bidang kehidupan lain, diantaranya :
a. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Para
pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat,
sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun
begitu kemajuan kerajaan Usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata
karena keunggulan politik para pemimpinnya, namun banyak faktor lain yang
mendukung keberhasilan ekspansi itu diantaranya: keberanian, keterampilan,
ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana
saja. Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan militer,
sehingga terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah.
[11]
b. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan
Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya yaitu:
kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak
mengambil ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari
kebudayaan Bizantium mereka mengambil ajaran tentang organisasi pemerintahan
dan kemiliteran. Sedangkan ajaran tentang prinsip ekonomi, sosial,
kemasyarakatan, keilmuan mereka terima dari bangsa Arab. Sebagai bangsa yang
berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan dalam bidang
kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tidak begitu
menonjol sehingga dalam khasanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuan
terkemuka dari Turki Usmani.[12]
c. Bidang Keagamaan
Agama
dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial
dan politik, masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri
sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa Turki Usmani tarekat[13]
juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang adalah Bektasyi dan
Maulawi yang banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi
mempunyai pengaruh yang amat dominandi kalangan tentara Jenissari, sehingga
mereka sering di sebut Tentara Bektasyi.
Namun disisi lain, Kajian ilmu keagamaan seperti Fiqh, Ilmu kalam, Tafsir, dan
hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan karena para penguasa lebih
cenderung untuk menegakkan satu faham (madzhab) keagamaan dan menekan madzhab
lainnya.[14]
3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Turki Usmani
Faktor-faktor yang mendorong kemunduran dan kehancuran
kerajaan Turki Usmani antara lain :
a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat
luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan
kerajaan Usmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi
menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus
menerus dengan berbagai bangsa.
b. Heterogenitas penduduk
Sebagai kerajaan
besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang sangat luas, wilayah yang luas itu
didiami oleh penduduk yang beragam dan untuk mengatur penduduk yang beragam dan
tersebar di wilayah yang luas itu, diperlukan suatu organisasi pemerintahan
yang teratur. Tanpa didukung oleh administrasi yang baik, kerajaan Usmani hanya
akan menanggung beban berat akibat heterogenitas tersebut.
c. Kelemahan para penguasa Pemeritahan menjadi kacau
sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, serta ketika diperintah oleh sultan-sultan yang
lemah yang pada akhirnya kekacauan tersebut tidak pernah dapat diatasi secara
sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin parah.
d. Budaya pungli
Budaya pungli merupakan perbuatan yang sudah umum dalam
Kerajaan Usmani, yaitu setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar”
dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.
e. Pemberontakan tentara Jenissari
Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak empat
kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
f. Merosotnya ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian
negara merosot, sementara belanja negara sangat besar termasuk untuk biaya
perang.
g. Terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu dan teknologi
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu
dan teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer.
Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi
mengakibatkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari
Eropa yang lebih maju. [15]
lihat juga makalah pengertian dan fungsi kebijakan
B. KERAJAAN SHAFAWI DI PERSIA
1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Shafawi
Kerajaan
Shafawi (907-1148 H/1501-1736 M)[16]
didirikan oleh Ismail bin Haidar[17]
di wilayah Persia. Penamaan kerajaan ini dengan kerajaan Shafawi karena
kelahirannya berawal dari gerakan tarekat syafawiyah. Gerakan tarekat
syafawiyah didirikan oleh Safi al-Din(1252-1334 M) yang berpusat di Ardabil
Azerbaijan[18].
Ia merupakan murid dari seorang mursyid tarekat di kota Jilan dekat Kaspia,
Syeikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi (1218-1301 M) yang di kenal dengan julukan Zahid. karena prestasi dan ketekunannya
dalam kehidupan tasawuf, kemudian Safi al-Din di ambil menantu menggantikan
kedudukannya. Mengenai asal usul Safi al-Din, yakni ia keturunan Musa al-Kazim,
imam syiah yang keenam. Perjalanan tarekat safawiah menuju terbentuknya
kerajaan Shafawi dapat di bedakan menjadi dua fase. (1). Sebagai gerakan
tarekat murni. Pada fase ini ada dua kecenderungan yang berkembang dalam
tarekat tersebut yakni tarekat syafawi bertujuan memerangi orang-orang ingkar,
kemudian memerangi golongan yang mereka sebut orang-orang ahli bid’ah. (2).
Sebagai gerakan politik, terjadi pada masa Junaid ibn Ibrahim (1447-1460)[19].
Beralihnya sikap gerakan ini kepada gerakan politik karena gerakan ini mendapat
dukungan luas dari masyarakat Persia yang sudah terpengaruh oleh ajaran tarekat
syafawiah. Terpengaruhnya masyarakat Persia pada terikat ini antara lain
Karena, banyaknya orang Persia yang mencari ketenangan hidup dengan memilih
jalan hidup tasawuf, sebab bosan dengan suasana hidup yang penuh dengan peperangan
dan perebutan kekuasaan .
2. Perkembangan dan Kemajuan Kerajaan Shafawi
Kemajuan peradaban kerajaan Shafawi
antara lain karena beberapa langkah yang ditempuh oleh Abbas I yang merupakan
kesultanan dinasti Shafawi yang kelima (1588-1628 M) dan juga sebagai pelopor
puncak kejayaan setelah Shafawi mengalami saat-saat yang memprihatinkan. Abbas
I menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dan mengadakan perjanjian damai
dengan Turki Utsmani sehingga ia berhasil mengatasi berbagai gejolak dalam
negeri yang mengganggu stabilitas negara sampai akhirnya kajayaan dapat diraih
pada masa itu.[20]
Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain terlihat dalam beberapa bidang yakni :
a. Bidang ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Shafawi pada masa Abbas
memacu perkembangan ekonomi Shafawi, terutama setelah kepulangan Hurmuz dan
pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah
menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur.
b. Bidang ilmu pengatahuan
Persia di kenal
sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu
pengetahuan, sehingga tradisi keilmuannya terus berlanjut.
c. Bidang pembangunan fisik dan seni
Kemajuan ini ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan
megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan. Sejumlah masjid,
sekolah, rumah sakit, jembatan raksasa di atas Zende Rud dan Istana Chihil
Sutun.Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik.[21]
3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Shafawi
Faktor-faktor yang mendorong kemunduran dan kehancuran
kerajaan Turki Usmani antara lain :
(a). Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani.
Dimana, menurut kerajaan Usmani, kerajaan Shafawi yang beraliran Syi’ah
merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya.
(b). Dekadensi Moral yang melanda para pemimpin kerajaan Shafawi.
Pemimpin kerajaan Shafawi yang bernama Sulaiman dan Husein adalah pecandu berat
narkotik, dan menyenangi kehidupan malam sehingga selama tujuh tahun, tak
sekalipun mereka menyempatkan diri menangani pemerintahan.
(c). Adanya pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk
oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.
(d). Terjadinya konflik Intern dalam bentuk perebutan
kekuasaan dikalangan keluarga istana.[22]
1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mughal
Kerajaan
Mughal berdiri seperempat abad setelah berdirinya kerajaan sawafi, jadi du
antara ketiga kerajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang termuda.
Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam
pertama di anak benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada
masa Khalifah al-walid, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini
dilakukan oleh tentara Bani umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qosim. Pada
fase desintegrasi dinasti Ghaznawi mengembangkan kekuasaannya di India di bawah
pimpinan Sultan Mahmud dan pada tahun 1020 M, ia berhasil menaklukkan hampir
semua kerajaan Hindu di wilayah ini, sekaligus mengIslamkan sebagian
masyarakatnya. Setelah dinasti Ghaznawi hancur, muncul dinasti-dinasti kecil
seperti Mamluk (1206-1290 M), Khalji (1296-1316 M), Tuglug (1320-1412 M) dan
dinasti-dinasti lain. Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kota,
didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur Lenk.
Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana
dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad
akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa
itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari
Raja Shafawi, Ismail I, akhirnay ia berhasil manaklukkan Samarkand tahun 1494
M. Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibukota Afghanistan.[23]
2. Perkembangan dan Kemajuan Kerajaan Mughal
Puncak
kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar
Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Kemudian Akbar
berhasil memperluas wilayah. Faktor pendukung kemajuan peradaban kerajaan Mughal
antara lain karena penerapan politik sulakhul (toleransi universal) yang
diterapkan oleh Akbar, dimana tidak ada perbedaan antara rakyat India, semua
dipandang sama tidak membedakan perbedaan etnis dan agama.[24]
Faktor lain yang terpenting adalah karena kemantapan stabilitas poltik akibat
sistem pemerintahan yang diterpakan oleh Akbar.
Diantara kemajuan tersebut antara lain :
a. Bidang militer Pasukan
Mughal dikenal dengan pasukan yang kuat. Terdiri dari
pasukan gajah, berkuda, dan meriam. Wilayahnya dibagi menjadi distrik-distrik
yang dikepalai oleh Sipah Salar.[25]
b. Bidang ekonomi
Kerajaan Mughal dapat Mengembangkan program pertanian,
diantaranya padi, kacang, tebu, kapas, tembakau, dan rempah-rempah. Pemerintah
membentuk sebuah lembaga yang mengurusi hasil pertanian serta hubungan dengan
para petani. Industri tenun juga banyak diekspor ke Eropa, Asia Tenggara dll.
Masa Jahangir, investor diizinkan menanamkan investasinya, seperti mendirikan
pabrik penholahan hasil pertanian.[26]
c. Bidang seni dan Arsitektur
Hasil karya seni dan arsitektur Mughal yang sangat
terkenal dengan ciri yang menonjol yaitu dengan pemakaian ukiran dan marmer
yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Sisa-sisa kejayaan kerajaan Mughal
dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan hingga
sekarang, salah satunya adalah Taj Mahal.[27]
d. Bidang Agama
Perkembangan agama Islam kesultanan Mughal yang terjadi
pada masa Akbar yaitu tentang konsep Din-i-Ilahi[28].
Berkembanganya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum Dinasti Mughal,
muslim India adalah penganut sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi
tempat bagi syi’ah untuk mengembangan pengaruhnya. Kemudian di bentuklah
sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap madzab hukum, tariqat
sufi, persekutuan terhadap ajaran syaikh, ulama dan wali individual. Mereka
terdiri dari warha Sunni dan Syi’i.[29]
3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Faktor-faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal
itu mundur dan membawa kehancurannya tahun 1858 M yaitu :
a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer
sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera
dipantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat.
Bahkan, mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal
sendiri.
b. Kemorosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit
politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaann uang negara.
c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam
melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik
antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir
adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan. [30]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa, tiga kerajaan Islam penting
diciptakan pada akhir abad 15 dan awal abad 16 kerajaan Usmani di Turki,
kerajaan Shafawi di Persia, dan kerajaan Mughal di India. Tiga Kerajaan penting
tersebut tampak lebih memusatkan pandangan mereka pada tradisi demokratis Islam.
Hampir setiap segi kehidupan umum dijalankan dengan ketepatan sistematis dan
birokratis. Ketiga kerajaan besar ini seperti membangkitkan kembali kejayaan Islam
setelah runtuhnya Bani Abbasiyah. Namun, kemajuan yang dicapai pada masa tiga
kerajaan besar ini berbeda dengan kemajuan yang dicapai pada masa Islam klasik,
kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks[31].
Dalam bidang ilmu keagamaan, umat Islam sudah mulai bertaklid kepada imam-imam
besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalau pun ada mujtahid, maka ijtihad
yang dilakukan adalah ijtihad fi al-mazhab yaitu ijtihad yang masih berada
dalam batas-batas mazhab tertentu, tidak lagi ijtihad mutlak, hasil pemikiran
bebas yang mandiri. Filsafat dianggap bid’ah. Kalau pada masa klasik, umat Islam
maju dalam bidang politik, peradaban, dan kebudayaan, seperti dalam bidang ilmu
pengetahuan dan pemikiran filsafat, pada masa tiga kerajaan besar kemajuan
dalam bidang filsafat hanya sedikit berkembang di kerajaan Shafawi Persia. Ilmu
pengetahuan umum tidak didapatkan lagi. Kemajuan yang dapat dibanggakan pada
masa ini hanya dalam bidang politik, kemiliteran, dan kesenian terutama
arsitektur.[32]
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan, tentunya dalam penyusunan makalah ini banyak
kata-kata atau penyampaian yang kurang jelas ataupun dalam penyajiannya yang
kurang lengkap, pastinya makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan
saran sangatlah penulis harapkan untuk menjadikan pelajaran pada masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim,Badri. 2010. Sejarah
Peradaban Islam. Cetakan 22 .Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syaefudin,machfud dkk.2013.Dinamika Peradaban Islam.Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Amin, syamsul munir.2010. Sejarah Peradaban Islam.cetakan 2. Jakarta: Amzah
[7]
Dalam beberapa literatur ada yang
menyebut Erthogril, Erthogrol,Ertughrul, dan ada juga yang menyebut Urtughril
(yusuf,2002: 127-128; Thohir,2004: 181-182; Hillendbrand,2002:255-258). Namun
semuanya dinisbahkan kepada Erthogril ibn Sulaiman Syah. Tetapi dalam tulisan
ini hanya di gunakan Erthogril.
[8]
Dr. Badri Yatim, M.A.Sejarah
Peradaban Islam, hlm 130.
[9]
Artinya adalah sultan besar keluarga
Utsman (Yusuf, 2002:129).
[10]
Machmud syaefudin dkk,Dinamika Peradaban Islam. hlm 185.
[11]
Dr. Badri Yatim, M.A.,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: Raja Grafika Persada, 2010), hlm 133-134.
[13]
Jalan (sufi), gabungan para sufi. Ibid.,hlm
338.
[25]
Kepala komandan.
[28]
Upaya mempersatukan umat-umat
beragama di India. Menurut Guru Besar Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta yaitu semacam Ideologi/dasar pemerintahan Akbar dan Pancasila bagi
bangsa Indonesia.