Sepenggal kisah tentang hidup ku
Daun-daun
pohon jambu yang mulai menguning dan kering berjatuhan di halaman rumah dengan hamparan
rumput jepang nan hijau kini ku lihat dari jendela. Seorang diri, ku duduk
termenung di dalam ruangan yang sepi
ini, hanya di temani oleh meja serta kursi dari kayu yang mulai rapuh, karena
di makan usia, Entah tak tau berapa usianya. Detak suara jam dinding yang
begtu menggetarkan dada membuat suasana hening menjadi sedikit di temani
olehnya, serta sinar mentari pagi menerobos masuk melalui jendela kayu yang
telah mulai rapuh di makan rayap, sinar ini sedikit menghangatkan tubuh ini, di tengah dinginnya cuaca pagi hari, ya ini lah
kesederhanaan hidup yang ku alami, tinggal di gubuk kecil sederhana dengan
dinding bilik tua mulai rapuh karena di makan rayap.
Kemudian tanpa sengaja datang tamu tak di undang di dalam fikiran ini untuk mengulang masa lalu yang
sesungguhnya tak dapat di ulangi kembali dalam kehidupan nyata saat ini.
Bertahun-tahun setelah ku tinggal lama tempat ini, belum banyak mengalami
perubahan. Teringat dengan masa-masa kecil yang penuh dengan kenangan, meski
kenangan itu tak seindah dan juga sebaik yang di inginkan.
Setiap
hari sore itu banyak hal yang ku
lakukan, sepulang sekolah membantu mbah kakung (sebutan kakek) untuk melakukan pekerjaan sebagai seorang
petani, tak begitu luas hanya sebidang tanah sawah yang di garap oleh nya,
bertahun tahun tinggal jauh dari kedua orang tua, karena sejak kecil di titipkan oleh kedua orang tua kepada simbah, karena kedua orang tua ku pergi
merantau sejak masih anak-anak yang begitu polos dan lugunya, belum genap 3 tahun usianya pada
waktu itu, mereka menitipkan ku kepada simbah, simbah ini adalah orang tua dari ayah.
Ketika usia belum genap 6 tahun simbah memasukan ku ke
sekolah dasar di desa ini. Hal ini di lakukan karena teman-teman ku juga sudah mulai memasuki
bangku sekolah, desa yang berada di lembah dan di kelilingi pegunungan yang berdiri kokoh nan hijau tepatnya pada SDN 1 Kajoran. ya langsung masuk di sekolah dasar karena pada waktu itu taman kanak-kanak maupun pendidikan anak usia dini belum se tenar sekarang, sekolah Di daerah desa terpencil dan jauh dari gemerlapnya kota Kebumen, letaknya di provinsi jawa tengah. selang setelah pendaftaran ada cerita yang tak bisa di lupakan saat itu yaitu Ketika sudah mulai masuk sekolah semua teman-teman mengenakan seragam sekolah dengan celana merah dan kemeja putih, tetapi tidak dengan ku , entah apa yang menjadi alasannya aku pun tak tahu, dan
bahkan tak terfikirkan oleh ku, sebagian teman ada yang mengejeknya pada waktu
itu, tapi tak sedikitpun aku menghiraukan mereka. Banyak ejekan macam-macam yang di
dapat, tapi tak sedikitpun menyurutkan untuk tetap belajar, ya meskipun dengan
modal otak yang pas-pasan, banyak cerita yang sebenarnya Selama duduk di bangku sekolah dasar, akan tetapi jika di tuliskan semua disini sampai ribuan halaman tak akan cukup untuk menceritakan semua kenangan pada masa itu dan setelah 6 tahun terlewati, kemudian akhirnya di nyatakan lulus. singkat cerita setelah lulus dari sekolah dasar lalu melanjutkan ke sekolah menengah pertama, masih di daerah itu juga, dan akhirnya dapat di terima SMP negeri.
Tak jauh beda dengan pada saat di
sekolah dasar saat masuk di sekolah menengah pun masih tetap banyak yang mengejeknya, entah ada apa yang aneh pada diri saya, tapi di terima saja dengan lapang dada. Nah pada saat-saat ini hari-hari yang mulai
dengan banyak kenangan-kenangan yang bisa di ingat.
Sepulang sekolah di rumah sudah banyak yang menjadi kebiasaan rutinitas setiap hari, seperti membantu membersihkan rumah,
mencuci piring,menyapu halaman, mencari kayu bakar dan lain sebagainya, selain
itu juga membantu simbah di sawah, jika musim penghujan tiba mulai membajak
sawah untuk di tanami padi hingga memanennya, dan ketika musim kemarau sebidang
tanah itu di tanami dengan tembakau, dengan sebagian yang lain di tanami kacang
hijau, ya itulah rutinitas yang sudah biasa di alami, hingga 3 tahun lulus dari
sekolah menengah pertama.
Kerinduan ingin hidup seperti
taman-teman yang lain dapat tinggal juga hidup dengan kedua orang tua, mendapat
perhatian dari kedua orang tua, kemudian diri ini pergi menyusul ke tempat
kedua orang tua merantau ke kota Jakarta.. Seberarnya ingin sekali melanjutkan
ke sekolah yang lebih tinggi tapi karena
keterbatasan ekonomi itu, setelah keluar dari sekolah menengah pertama,
langsung bekerja, ya hanya pekerjaan seadanya, berawal dari saudara tepatnya
paman yang menawari untuk bekerja di sebuah kantor pelayanan expedisi. Hanya
sebagai petugas cleaning service, ya pada saat itu tak terlalu banyak pikir panjang ujar ku, walau sedikit ragu
tetapi langsung saja ku terima tawaran itu.
Pertama kali menginjak kota
Jakarta, ibu kota yang sering di ceritakan orang-orang ternyata tak seindah
bayangan seperti biasa kebanyakan orang-orang ceritakan, Jakarta yang kumuh,
penuh dengan manusia dari berbagai pelosok juga penjuru daerah, tapi tak begitu
banyak orang yang peduli dengan orang lain, mereka terlalu sibuk dengan urusan
dan juga kepentingan mereka masing-masing. Serta kamacetan di sana sini, oohh
inilah Jakarta yang sesungguhnya, kota yang banyak orang-orang ingin
mendatanginya, yang katanya kota metropolitan, kota dengan sejuta harapan tak
lama hanya sekitar 6 bulan bisa bertahan di ibu kota itu, belum sempat bisa
hidup bersama orang tua, bahkan pergi jauh dari keluarga simbah meninggalkan
kampung halaman serta hidup seorang diri tanpa ada seorangpun yang di kenalnya.
Setelah itu akhirnya aku bisa
berkumpul dengan kedua orang tua ku. Ya keinginan untuk melanjutkan sekolah pun
masih ada, tapi ketika hendak masuk sekolah di kota dengan biaya yang begitu
besar, akhirnya di urungkan niatnya kembali, masih berfikir lagi , setelah di
tunda 2 tahun akhirnya baru dapat kembali melanjutkan sekolah menengah kejuruan
(SMK) di kota bogor, meskipun telah tertunda, tapi takada yang namanya
terlambat untuk belajar, ketika saat itu mulai terfikirkan begitu susahnya
menjadi orang bodoh yang setiap harinya hanya di bodohi juga di perbudak oleh
orang lain, menjadi orang bodoh itu sangat tidak enak, meskipun sedikit
menyesal, tapi apa yang perlu di sesali, tak perlu terus menerus terpenjara
dengan masa lalu, yang penting fikirkan bagaimana kedepannya.
“ Untuk merubah sesuatu yang
tidak biasa memang sedikit sulit tapi dari kebiasaan itu kita bisa menjadikan
yang biasa bisa menjadi luar biasa. “
Baru bisa di mengerti batapa
pentingnya ilmu yang harus kita ketahui betapa pentingnya pengetahuan yang
harus kita miliki. Hingga akhirnya 3tahun belajar di kota, selalu mendapatkan
prestasi hingga biaya sekolah pun di tanggung dari beasiswa. Keberuntungan bisa
saja menghampiri siapa saja yang mau berbuat juga berusaha.
Bersambung…..
0 komentar:
Post a Comment