Untuk kali ini saya menyajikan sebuah artikel surat yasiin lengkap , mulai dari tulisan arab, lafaz latin Indonesia, arti (terjemahan bahasa indonesia) serta tafsir per ayatnya. Silahkan bagi yang membutuhkan boleh membagikan kepada siapapun.
Kitab Suci AL- QURAN, Surat Yaasiin surat ke 36 di turunkan di mekkah kecuali ayat ke 45 di turunkan di madinah dengan jumlah 83 ayat.
بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيمِ
Bissmillahhirrohmannirrohim
Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
يس
1. Yaa Siin
Yaa
siin
(Yaa siin) hanya Allahlah yang
mengetahui maksudnya
وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ
2. Wal Qur’anil hakiim
Demi Al Qur’an yang penuh hikmah,
(Demi Alquran yang penuh hikmah) yang padat dengan
hikmah-hikmah, susunan kata-katanya amat mengagumkan dan makna-maknanya sangat
indah lagi memukau
إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
3. Innaka laminal mursaliin
Sesungguhnya kamu salah seorang dari Rasul-rasul,
(Sesungguhnya kamu) hai Muhammad (salah seorang dari rasul-rasul.)
عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
4. ‘Alaa shirathim mustaqiim
(yang berada) di atas jalan yang lurus,
(Yang berada di atas) berta'alluq kepada ayat
sebelumnya (jalan yang
lurus) jalannya
para nabi sebelum kamu, yaitu jalan tauhid dan hidayah. Ungkapan yang memakai
kata pengukuh sumpah dan pengukuh lainnya, dimaksud sebagai sanggahan terhadap
perkataan orang-orang kafir yang ditujukan kepada Nabi Muhammad, yaitu
sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Kamu bukan seorang yang dijadikan
rasul." (Q.S. Ar-Ra'd 43.)
تَنزِيلَ الْعَزِيزِ
الرَّحِيمِ
5. Tanziilal ‘aziizir rahiim
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Penyayang,
(Sebagai wahyu yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Penyayang) kepada makhluk-Nya. Khabar
dari Mubtada diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal Alquran. Maksudnya,
Alquran ini sebagai wahyu yang diturunkan.
لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا
أُنذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ
6. Li tunzira qauman ma undzira aabaauhum fahum ghaafiluun
agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum
pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
(Agar kamu memberi peringatan) dengan Alquran itu (kepada kaum) lafal Litundzira berta'alluq
kepada lafal Tanziilun (yang
bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan) mereka belum pernah diberi
peringatan karena hidup di zaman fatrah atau zaman kekosongan nabi dan rasul (karena itu mereka) yakni kaum itu (dalam keadaan lalai) lalai dari iman dan petunjuk
لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَىٰ
أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
7. Laqad haqqal qaulu ‘alaa aktsarihim fahum laa yu’minuun
Sesungguhnya
telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka,
karena mereka tidak beriman.
(Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan) yakni ketentuan Allah telah
pasti (terhadap kebanyakan mereka)yakni
azab-Nya telah pasti atas mereka (karena mereka tidak beriman) kebanyakan dari mereka tidak
beriman.
إِنَّا جَعَلْنَا فِي
أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ
8. Inna Ja’alna fii a’naqihim aghlaalan fahiya ilal adzqani fahum
muqmahuun
Sesungguhnya Kami telah
memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka
karena itu mereka tengadah.
(Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka) tangan mereka disatukan
dengan leher mereka dalam satu belenggu, karena pengertian lafal Al-Ghillu
ialah mengikatkan kedua tangan ke leher (lalu tangan mereka) yaitu tangan-tangan mereka
diangkat dan disatukan (ke dagu) mereka, lafal Adzqaan bentuk
jamak dari lafal Dzaqanun yaitu tempat tumbuh janggut (maka karena itu mereka tertengadah) kepala mereka terangkat dan
tidak dapat ditundukkan. Ini merupakan tamtsil, yang dimaksud ialah mereka
tidak mau taat untuk beriman, dan mereka sama sekali tidak mau menundukkan
kepalanya dalam arti kata tidak mau beriman.
وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ
أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا
يُبْصِرُونَ
9. Wa-ja ‘alna min baini aidiihim saddan wa min khalfihim saddan fa aghsyainaahum
fahum la yubshirrun
Dan Kami adakan di hadapan
mereka dinding dan di belakang dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka
sehingga mereka tidak dapat melihat.
(Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang
mereka dinding) lafal
Saddan dalam dua tempat tadi boleh dibaca Suddan (dan Kami tutup -mata- mereka sehingga mereka
tidak dapat melihat.) Ini
merupakan tamtsil yang menggambarkan tertutupnya jalan iman bagi merek
وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ
أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
10. Wa sawaa-un ‘alaihim a-andzartahum amlam tunzirhum laa yu’minuun
Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka
ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.
(Sama saja bagi mereka apakah
kamu memberi peringatan kepada mereka) dapat dibaca Tahqiq dan dapat
pula dibaca Tas-hil (ataukah kamu
tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.)
إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ
اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ
وَأَجْرٍ كَرِيمٍ
11. Innama tunziru manittaba-adz dzikra wa khasyiyar-rahmana bil-ghaibi
fabasy-syirhu bi magfiratin wa ajrin kariim
Sesungguhnya kamu
hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan
yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira
dengan ampunan dan pahala yang mulia.
(Sesungguhnya Kamu hanya
dapat memperingati) yakni
akan dapat mengambil manfaat dari peringatanmu (orang yang mau mengikuti peringatan) petunjuk Alquran (dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah
walaupun Dia tidak melihat-Nya) yakni
ia tetap takut kepada-Nya sekalipun ia tidak melihat-Nya. (Maka berilah ia kabar gembira dengan ampunan
dan pahala yang mulia) yaitu
mendapat surga.
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي
الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ
أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُّبِينٍ
12. Innaa nahnu nuhyil-mautaa wanaktubu maa qaddamuu wa aatsaarahum, wa
kulla syai-in ahsainaahu fii imaamim mubin
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa
yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala
sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).
(Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati) yakni menghidupkannya kembali (dan Kami menuliskan) di Lohmahfuz (apa yang telah mereka kerjakan) selama hidup di dunia berupa
kebaikan dan keburukan, lalu Kami membalasnya kepada mereka (dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan) hal-hal yang dijadikan
panutan dari perbuatan mereka sesudah mereka tiada (serta segala sesuatu) dinashabkannya lafal Kulla
oleh pengaruh Fiil atau kata kerja yang menjelaskannya, yaitu kalimat
berikutnya (Kami catat) Kami kumpulkan satu persatu
secara mendetail (di dalam
kitab induk yang nyata) yaitu
di Lohmahfuz.
وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا
أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ
13. Wadlrib lahum matsalan ash-haabal-qaryati idz jaa-ahal-mursaluun
Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negerketika
utusan-utusan datang kepada mereka;
(Dan buatlah) adakanlah (buat mereka suatu perumpamaan) lafal Matsalan adalah Maf'ul
Awal (yaitu penduduk)lafal
Ashhaaba ini menjadi Maf'ul yang kedua (suatu negeri) yaitu kota Inthakiah (ketika datang kepada mereka)lafal
ayat ini sampai akhir ayat berkedudukan menjadi Badal Isytimal dari lafal
Ashhaabal Qaryah (utusan-utusan)utusan-utusan
Nabi Isa
إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ
اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُم
مُّرْسَلُونَ
14. Idz arsalnaa ilaihimuts naini fakadz dzabuuhumaa fa‘azzaznaa bi
tsaalitsin faqaaluu innaa ilaikum mursaluun
(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu
mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga,
maka ketiga utusan itu berkata:” Sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang-diutus kepadamu “.
(Yaitu ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu
mereka mendustakan keduanya) ayat
ini seluruhnya berkedudukan sebagai Badal dari lafal Idz yang pertama (kemudian Kami kuatkan) kedua utusan itu; lafal ayat
ini dapat dibaca Takhfif sehingga bunyinya menjadi Fa'azaznaa dapat pula dibaca
Tasydid, sehingga bunyinya menjadi Fa'azzaznaa (dengan -utusan- yang ketiga,
maka ketiga utusan itu berkata, "Sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang diutus kepada kalian.")
قَالُوا مَا أَنتُمْ إِلَّا
بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَمَا أَنزَلَ الرَّحْمَٰنُ مِن شَيْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا
تَكْذِبُونَ
15. Qaaluu ma antum illaa basyarum mits-lunaa wa maa anzalarrahmaanu
min syai-in in antum illaa takdzibuun
Mereka menjawab:” Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan
Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah
pendusta belaka “.
(Mereka menjawab, "Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti
kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun. Tidak lain)
(kalian hanyalah pendusta belaka.")
قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ
إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ
16. Qaalu rabbunaa ya’lamu inna ilaikum la mursaluun
Mereka berkata:” Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah
orang yang diutus kepada kamu.
(Mereka berkata, "Rabb kami mengetahui) kalimat ayat ini mengandung
makna qasam, kemudian pengukuhannya ditambah dengan adanya huruf Lam pada lafal
Lamursaluuna, sebagai sanggahan terhadap perkataan mereka(bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepada kalian.)
وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا
الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
17. Wa maa ‘alaina illal balaqhul-mubiin
Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan
jelas “.
(Dan
kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan -perintah Allah- dengan
jelas") menyampaikan
yang jelas dan gamblang melalui mukjizat-mukjizat yang terang, yaitu dapat
menyembuhkan orang buta, yang berpenyakit supak, dan dapat menghidupkan orang
mati.
قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا
بِكُمْ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا
عَذَابٌ أَلِيمٌ
18. Qaalu innaa tathayyarnaa bikum lail lam tantahuu lanarjuman-nakum
walayamas-sannakum minnaa ‘adzaabun aliim
Mereka menjawab:” Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu,
sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam
kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami “.
(Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami bernasib malang) mengalami
kesialan (karena kalian) kami mengalami kekeringan dan tidak pernah turun
hujan sebab ada kalian (sesungguhnya
jika) huruf Lam di sini bermakna
qasam(kalian tidak berhenti -menyeru kami-, niscaya kami akan merajam
kalian) dengan batu-batu (dan kalian
pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.")
siksa yang menyakitkan
قَالُوا طَائِرُكُم مَّعَكُمْ
ۚ أَئِن ذُكِّرْتُم ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ
19. Qaaluu thaa’irukum ma’akum, a-in dzukkirtum, bal antum qaumum
musrifuun
Utusan-utusan itu berkata:” Kemalangan kamu itu adalah karena kamu
sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya
kamu adalah kaum yang melampaui batas “.
(Utusan-utusan itu berkata, "Kemalangan kalian) yakni kesialan kalian
itu (adalah karena kalian sendiri")
disebabkan ulah kalian sendiri karena kafir. (Apakah jika) Hamzah Istifham digabungkan
dengan In Syarthiyah, keduanya dapat dibaca Tahqiq, dan dapat pula dibaca
Tas-hil (kalian diberi peringatan) yakni diberi nasihat dan
peringatan; jawab Syarath tidak disebutkan. Lengkapnya ialah apakah jika kalian
diberi peringatan lalu kalian bernasib sial karenanya lalu kalian kafir?
Pengertian terakhir inilah objek daripada Istifham atau kata tanya. Makna yang
dimaksud adalah sebagai cemoohan terhadap mereka. (Sebenarnya kalian adalah kaum yang melampaui
batas) karena
kemusyrikan kalian.
وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى
الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَىٰ قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ
20. Wa jaa-a min aqshal-madiinati rajuluy yas-’aa qaala yaa qaumit
tabi’ul mursaliin
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas
ia berkata:” Wahai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu,
(Dan
datanglah dari ujung kota seorang laki-laki) Habib An Najjar atau Habib si
tukang kayu; dia telah beriman kepada utusan-utusan Nabi Isa, dan tempat
tinggalnya berada di ujung kota Inthakiyah (dengan bergegas-gegas)lari
dengan cepat, tatkala ia mendengar berita bahwa kaumnya mendustakan
utusan-utusan itu (ia berkata,
"Hai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.
اتَّبِعُوا مَن لَّا
يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُم مُّهْتَدُونَ
21. Ittabi’uu man laa yas-alukum ajran wa hum muhtaduun
ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Ikutilah) lafal ayat ini mengukuhkan
makna lafal yang sama pada ayat sebelumnya (orang yang tiada minta balasan kepada kalian) atas misi risalah yang
disampaikannya itu (dan mereka
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk) lalu dikatakan kepadanya, "Kamu seagama dengan mereka."
وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ
الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
22. Wa maa liya laa a’budul-ladzi fatharanii wa ilaihi turja’uun
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakan dan yang
hanya kepada-Nya kamu (semua) akan dikembalikan?
Lalu laki-laki itu berkata, ("Mengapa aku tidak menyembah -Tuhan- yang
telah menciptakan aku) yang
telah menjadikan aku. Maksudnya, tidak ada yang mencegahku untuk menyembah-Nya,
karena ada bukti-buktinya yang jelas, seharusnya kalian menyembah Dia (dan hanya kepada-Nya kalian semua akan
dikembalikan?) sesudah
mati, kemudian Dia akan membalas kekafiran kalian itu
أَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِ
آلِهَةً إِن يُرِدْنِ الرَّحْمَٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ
شَيْئًا وَلَا يُنقِذُونِ
23. A-attakhidzu minduunihii aalihatan in yuridnirrahmaanu bidlurril
laa tughnii ‘annii syafaa ‘atuhum syai-aw wa laa yunqidzun
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya jika (Allah) Yang
Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak
memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat
menyelamatkanku?
(Mengapa
aku akan menjadikan) Istifham
atau kata tanya di sini mengandung arti kalimat negatif; dan lafal ayat ini
sama dengan lafal A-andzartahum tadi, yaitu dapat dibaca Tahqiq dan Tashil (selain Allah) yakni selain-Nya(sebagai
tuhan-tuhan -yang disembah-) maksudnya
berhala-berhala (jika Allah
Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka
tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku) seperti yang kalian dugakan
itu (dan mereka tidak -pula-
dapat menyelamatkanku) lafal
ayat ini menjadi sifat bagi lafal Aalihatan.
إِنِّي إِذًا لَّفِي ضَلَالٍ
مُّبِينٍ
24. Innii idzal lafii dlalaalim mubiin
Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.
(Sesungguhnya
aku kalau begitu) seandainya
aku menyembah selain Allah (berada dalam
kesesatan yang nyata)benar-benar sesat.
إِنِّي آمَنتُ بِرَبِّكُمْ
فَاسْمَعُونِ
25. Innii aamantu birabbikum fasma’uun
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah
(pengakuan keimanan) ku.
(Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabb kalian, maka
dengarkanlah pengakuan keimananku.") dengarkanlah perkataanku ini.
Lalu mereka merajamnya hingga mati
قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ ۖ
قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ
26. Qiilad-khulil jannata qaala yaa laita qaumii ya’lamuun
Dikatakan (kepadanya): “Masuklah ke surga”. Ia berkata: “Alangkah
baiknya sekiranya kaumku mengetahui,
(Dikatakan) kepadanya sesudah ia mati, ("Masuklah
ke surga") menurut suatu pendapat
dikatakan, bahwa Habib An Najjar itu masuk ke dalam surga dalam keadaan hidup. (Ia berkata, "Aduhai!) huruf Ya di sini menunjukkan
makna tanbih atau penyesalan (sekiranya
kaumku mengetahui.)
بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي
وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ
27. Bimaa ghafaralii rabbii wa ja-’alnii minal mukramiin
apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku
termasuk orang-orang yang dimuliakan”.
(Apa
yang menyebabkan Rabbku memberi ampun kepadaku) yakni penyebab Allah memberikan
ampunan kepadanya (dan
menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.")
۞ وَمَا أَنزَلْنَا
عَلَىٰ قَوْمِهِ مِن بَعْدِهِ مِن جُندٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنزِلِينَ
28. Wa maa andzalnaa ‘alaa qaumihii min ba’dihii min jundim minas
sama-i wa maa kunnaa munziliin
Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu
pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya.
(Dan
tiadalah) Maa
bermakna Nafi (Kami turunkan
kepada kaumnya) kaum
Habib An Najjar (setelah dia
meninggal) sesudah
Habib mati karena dirajam oleh mereka (suatu pasukan pun dari langit) yaitu malaikat-malaikat untuk
membinasakan mereka (dan tidak
layak Kami menurunkannya) menurunkan
Malaikat untuk membinasakan seseorang
إِن كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً
وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ
29. In kaanat illaa shaihataw wahidatan faidzaa hum khaamiduun
Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka
tiba-tiba mereka semuanya mati.
(Tidak
ada siksaan) yakni
hukuman atas mereka (melainkan
satu teriakan saja) malaikat
Jibril berteriak keras kepada mereka (maka tiba-tiba mereka semuanya mati) tak bergerak lagi, mati
semuanya
يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ
ۚ مَا يَأْتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
30. Yaa hasratan ‘alal-ibaadi ma ya’tiihim mir rasuulin illa kaanuu
bihii yastahziuun
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang
seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
(Alangkah
besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu) terhadap mereka dan
orang-orang yang seperti mereka, yaitu orang-orang yang mendustakan
rasul-rasul, karena akhirnya mereka dibinasakan. Yang dimaksud dengan
penyesalan di sini adalah perasaan sakit yang amat sangat akibat suara malaikat
Jibril. Kata Nida atau kata seru pada lafal Yaa hasratan hanyalah merupakan
kata kiasan, maknanya sudah saatnya bagimu, maka menghadaplah kamu (tiada datang seorang rasul pun kepada mereka
melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya) ungkapan-ungkapan ini untuk
menjelaskan penyebab dari penyesalan tadi. Di dalamnya terkandung pengertian
ejekan mereka yang menyebabkan diri mereka binasa, setelah itu mereka menyesal
karenanya.
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ
أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّنَ الْقُرُونِ أَنَّهُمْ إِلَيْهِمْ لَا يَرْجِعُونَ
31. Alam yarau kam ahlaknaa qablahum minalquruuni annahum ilaihim la
yarji’uun
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat sebelum mereka
yang telah Kami binasakan, bahwasanya orang-orang (yang telah Kami binasakan)
itu tiada kembali kepada mereka.
(Tidakkah mereka mengetahui) yakni penduduk Mekah yang
mengatakan kepada Nabi saw. sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Kamu bukan seorang yang
dijadikan rasul." (Q.S. Ar-Ra'd, 43.) Istifham atau kata tanya pada
ayat ini mengandung makna Taqrir yakni ketahuilah oleh kalian (berapa banyak) lafal Kam mengandung makna
kalimat berita, yakni banyak sekali; maknanya, sesungguhnya Kami (telah Kami binasakan sebelum mereka) amatlah banyak (umat-umat) bangsa-bangsa. (Bahwasanya mereka itu) orang-orang yang telah Kami
binasakan (kepada mereka) yaitu orang-orang yang
mendustakan Nabi saw. (tiada kembali) apakah mereka tidak mengambil pelajaran darinya. Lafal Annahum dan
seterusnya berkedudukan menjadi Badal dari kalimat sebelumnya, dengan
memelihara makna yang telah disebutkan.
وَإِن كُلٌّ لَّمَّا جَمِيعٌ
لَّدَيْنَا مُحْضَرُونَ
32. Wa in kullul lamma jamii’ul ladainaa mukhdlaruun
Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami.
(Dan
tiadalah) bila
dianggap sebagai In Nafiyah. Sesungguhnya, bila dianggap sebagai In Mukhaffafah
dari Inna(masing-masing) dari
semua makhluk, Kullun berkedudukan menjadi Mubtada (melainkan) apabila dibaca Tasydid
artinya sama dengan lafal illa. Jika dibaca Takhfif yaitu menjadi Lamaa, maka
huruf Lamnya adalah Lam Fariqah dan huruf Ma-nya adalah Zaidah (dikumpulkan) menjadi Khabar dari Mubtada,
yakni dihimpunkan(kepada Kami kembali) untuk menjalani penghisaban;
lafal ayat ini menjadi Khabar kedua
وَآيَةٌ لَّهُمُ الْأَرْضُ
الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ
33. Wa aayatul lahumul-ardlul-maitatu, ahyainaahaa wa akhrajnaa habban
faminhu ya’kuluun
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian,
maka daripadanya mereka makan.
(Dan
suatu tanda bagi mereka) yang
menunjukkan bahwa mereka akan dibangkitkan kembali, lafal ayat ini berkedudukan
menjadi Khabar Muqaddam (adalah bumi
yang mati) dapat
dibaca Al Maytati atau Al Mayyitati(Kami hidupkan bumi itu) dengan air, menjadi Mubtada
Muakhkhar (dan Kami
keluarkan daripadanya biji-bijian)seperti gandum (maka daripadanya mereka makan.)
وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ
مِّن نَّخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ
34. Waja-’alna fiiha jan-naatim min nakhiilin wa a’naabin wa fajjarnaa
fiihaa minal-’uyuun
Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami
pancarkan padanya beberapa mata air,
(Dan
Kami jadikan padanya kebun-kebun) ladang-ladang (kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya
beberapa mata air) dari
sebagian kebun-kebun itu
لِيَأْكُلُوا مِن ثَمَرِهِ
وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ ۖ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
35. Liya ’kuluu min tsamarihii wa maa ‘amilathu aidiihim afala
yasykuruun
supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan
dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?
(Supaya
mereka dapat makan dari buahnya) dapat dibaca Tsamarihi atau
Tsumurihi, yakni buah pohon yang telah disebutkan tadi, yaitu buah kurma dan
buah-buah lainnya (dan dari apa
yang diusahakan oleh tangan mereka)bukan dari hasil buah-buahan. (Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?) atas nikmat-nikmat Allah yang
telah dilimpahkan kepada mereka
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ
الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا
يَعْلَمُونَ
36. Subhaanalladzii khalaqal-azwaaja kullahaa mimmaa tunbitul-ardlu wa
min anfusihim wa mimmaa la ya’-lamuun
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang
tidak mereka ketahui.
(Maha Suci Allah yang telah
menciptakan pasangan-pasangan) yang
berjenis-jenis (semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi) berupa biji-bijian dan
lain-lainnya (dan dari diri
mereka) yaitu
jenis pria dan wanita(maupun dari apa yang tidak mereka ketahui) yaitu makhluk-makhluk yang
ajaib dan aneh
وَآيَةٌ لَّهُمُ اللَّيْلُ
نَسْلَخُ مِنْهُ النَّهَارَ فَإِذَا هُم مُّظْلِمُونَ
37. Wa aayatul lahumul lailu naslakhu minhun nahaara faidzaahum
mudhlimuun
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam;
Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada
dalam kegelapan,
(Dan
suatu tanda bagi mereka) yang
menunjukkan kekuasaan Allah yang besar (adalah malam; Kami tanggalkan)Kami
pisahkan (siang dari malam itu, maka
dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan) mereka memasuki kegelapan
malam hari.
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ
لَّهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
38. Wasy-sayamsu tajrii limustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul-aziizil
‘alim
dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
(Dan
matahari berjalan) ayat
ini dan seterusnya merupakan bagian daripada ayat Wa-aayatul Lahum, atau
merupakan ayat yang menyendiri, yakni tidak terikat oleh ayat sebelumnya
demikian pula ayat Wal Qamara, pada ayat selanjutnya (di tempat peredarannya) tidak akan menyimpang dari
garis edarnya. (Demikianlah) beredarnya matahari itu (ketetapan Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ
مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
39. Walqamara qaddarnaahu manaazila hatta ‘aada kal’urjunil qadiim
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah
dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang
tua.
(Dan bagi bulan) dapat dibaca Wal Qamaru atau
Wal Qamara, bila dibaca nashab yaitu Wal Qamara berarti dinashabkan oleh Fiil
sesudahnya yang berfungsi menafsirkannya yaitu (telah Kami tetapkan) bagi peredarannya(manzilah-manzilah) sebanyak dua puluh delapan
manzilah selama dua puluh delapan malam untuk setiap bulannya. Kemudian
bersembunyi selama dua malam, jika bilangan satu bulan tiga puluh hari, dan
satu malam jika bilangan satu bulan dua puluh sembilan hari (sehingga kembalilah ia) setelah sampai ke manzilah
yang terakhir, menurut pandangan mata (sebagai bentuk tandan yang tua) bila sudah lanjut masanya
bagaikan ketandan, lalu menipis, berbentuk sabit dan berwarna kuning
لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا
أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ
يَسْبَحُونَ
40. Lasy-syamsu yanbaghi lahaa an tudrikal qamara wa lallailu
saabiqun-nahaari wa kullun fii falakin yasbahuun
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
(Tidaklah
mungkin bagi matahari) tidak
akan terjadi (mendapatkan
bulan) yaitu
matahari dan bulan bersatu di malam hari (dan malam pun tidak dapat mendahului siang) malam hari tidak akan datang
sebelum habis waktu siang hari. (Dan
masing-masing) matahari,
bulan dan bintang-bintang. Tanwin lafal Kullun ini merupakan pergantian dari
Mudhaf Ilaih (pada garis
edarnya) yang
membundar (beredar) pada garis edarnya
masing-masing. Di dalam ungkapan ini benda-benda langit diserupakan sebagai
makhluk yang berakal, karenanya mereka diungkapkan dengan lafal Yasbahuuna
وَآيَةٌ لَّهُمْ أَنَّا
حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ
41. Wa aayatul lahum annaa hamalnaa dzurriy-yatahum filfulkil masyhuun
Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa
Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan,
(Dan
suatu tanda bagi mereka) yang
menunjukkan kekuasaan Kami (adalah bahwa
Kami angkut keturunan mereka)menurut qiraat yang lain
lafal Dzurriyyatahum dibaca dalam bentuk jamak sehingga bacaannya menjadi
Dzurriyyaatihim, maksudnya ialah kakek moyang mereka (dalam bahtera) yakni perahu Nabi Nuh (yang penuh muatan) dipadati penumpang
وَخَلَقْنَا لَهُم مِّن
مِّثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ
42. Wa khalaqnaa lahum mim mitslihii maa yarkabuun
dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti
seperti bahtera itu.
(Dan Kami ciptakan untuk
mereka seperti bahtera itu) seperti
perahu Nabi Nuh, perahu kecil dan besar yang dibuat oleh mereka sesudahnya,
bentuknya sama dengan perahu Nabi Nuh. Ini berkat apa yang telah Allah swt.
ajarkan kepada Nabi Nuh (yang akan
mereka kendarai) mereka
berlayar dengannya
وَإِن نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ
فَلَا صَرِيخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنقَذُونَ
43. Wa in nasya’ nugriqhum falaa shariikhalahum wa laa hum yunqadzuun
Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka
tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.
(Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka) sekalipun memakai perahu (maka tiadalah penolong) yakni penyelamat (bagi mereka dan tidak -pula- mereka
diselamatkan) ditolong
sehingga selamat
إِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا
وَمَتَاعًا إِلَىٰ حِينٍ
44. Illa rahmatam minna wa mataa’an ilaihiin
Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan
untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.
(Tetapi
-Kami selamatkan mereka- karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk
memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika) tiada yang menyelamatkan
mereka melainkan rahmat Kami kepada mereka; dan karena Kami hendak memberikan
kesenangan hidup kepada mereka sampai batas ajal mereka.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّقُوا
مَا بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
45. Wa idzaa qiilla lahumuttaqu maa baina aidiikum wa maa khalfakum
la’alakum turhamuun
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Takutlah kamu akan siksa yang di
hadapanmu dan siksa yang akan datang supaya kamu mendapat rahmat”, (niscaya
mereka berpaling).
(Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kalian akan siksa yang di hadapan
kalian) berupa azab di dunia sebagaimana apa yang telah menimpa orang-orang
selain mereka (dan siksa
yang akan datang) yaitu azab di
akhirat (supaya kalian mendapat rahmat")
tetapi mereka tetap berpaling.
وَمَا تَأْتِيهِم مِّنْ آيَةٍ
مِّنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ
46. Wa maa ta’tiihim min ayatim min aayaati rabbihim illaa kaanuu
‘anhaa mu’ridliin
Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari
tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, melainkan
mereka selalu berpaling daripadanya.
(Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari
tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka melainkan mereka selalu berpaling
daripadanya.)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ
أَنفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا
أَنُطْعِمُ مَن لَّوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ
مُّبِينٍ
47. Wa idza qiila lahum anfiquu mimmaa razaqakumullaahu,
qaalal-ladziina kafaruu lilladzina aamanuu, anuth’imu mal lau yasyaa-ullahu
ath’amahuu, in an tum illaa fii dlalaalim mubiin
Dan apabila dikatakan kepada mereka:
“Nafkahkanlah sebahagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu”, maka
orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: “Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika
Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan
dalam kesesatan yang nyata”.
(Dan
apabila dikatakan) berkata
sahabat-sahabat yang miskin (kepada mereka, "Nafkahkanlah) sedekahkanlah kepada kami
(sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepada kalian")
berupa harta benda (maka
orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman,) dengan nada yang sinis
sebagai ejekan yang ditujukan kepada mereka, ("Apakah kami akan
memberi makanan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia
akan memberinya makan) sesuai dengan keyakinan kalian itu. (Tiada lain kalian) yaitu apa yang kalian katakan kepada kami,
padahal kalian mempunyai keyakinan bahwa Allah pasti memberi makan kalian
(melainkan dalam kesesatan yang nyata")
yakni jelas sesatnya. Ditegaskannya lafal Al Ladziina Kafaruu mengandung arti
yang mendalam
وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَٰذَا
الْوَعْدُ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
48. Wa yaquluuna mataa hadzal wa’du in kuntum shadiqiin
Dan mereka berkata: “Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit)
jika kamu adalah orang-orang yang benar?”
(Dan mereka berkata, "Bilakah terjadinya janji ini?) yakni hari
berbangkit (jika kalian orang-orang yang benar?")
mengenai apa yang kalian katakan.
مَا يَنظُرُونَ إِلَّا
صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ
49. Maa yandhuruuna illaa shaihataw waahidatan ta’khuzuhum wahum
yakhish-shimuun
Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan
membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.
Allah berfirman, ("Mereka
tidak menunggu) menanti-nanti (melainkan
satu teriakan saja), yaitu tiupan malaikat Israfil yang pertama (yang akan
membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar")
lafal Yakhishshimuuna pada asalnya adalah Yakhtashimuuna, kemudian harakat Ta dipindahkan
kepada Kha, lalu Ta diidgamkan kepada Shad. Maksudnya, mereka dalam keadaan
lalai dari kedatangan hari kiamat, disebabkan mereka sibuk dalam pertengkaran
mereka, jual beli yang mereka lakukan, makan, dan minum serta
kesibukan-kesibukan lainnya. Menurut qiraat yang lain lafal Yakhishshimuuna
mempunyai Wazan sama dengan lafal Yadhribuuna, artinya sebagian dari mereka
bertengkar dengan sebagian yang lain
فَلَا يَسْتَطِيعُونَ
تَوْصِيَةً وَلَا إِلَىٰ أَهْلِهِمْ يَرْجِعُونَ
50. Falaa yastathi-’uuna taushiyatan wa laa ilaa ahlihim yarji’uun
Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiatpun dan tidak (pula) dapat
kembali kepada keluarganya.
(Lalu mereka tidak kuasa
membuat suatu wasiat pun) tidak
dapat berwasiat (dan tidak
pula dapat kembali kepada keluarganya) dari pasar dan dari
tempat-tempat kesibukan mereka, semuanya mati di tempatnya masing-masing.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا
هُم مِّنَ الْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنسِلُونَ
51. Wa nufikha fish-shuuri fa idzaa hum minal ajdaatsi ilaa rabbihim
yansiluun
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera
dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.
(Dan
ditiuplah sangkakala) yaitu
tiupan yang kedua untuk membangkitkan makhluk supaya hidup kembali; jarak
antara dua tiupan, yakni tiupan pertama dengan tiupan kedua lamanya empat puluh
tahun (maka tiba-tiba mereka)orang-orang
yang telah terkubur itu (dari
kuburnya) dari
tempat mereka dikubur (Keluar dengan
segera menuju kepada Rabb mereka) mereka keluar dengan cepat
lalu menuju kepada-Nya.
قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَن
بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَٰنُ وَصَدَقَ
الْمُرْسَلُونَ
52. Qaaluu yaa wailanaa man ba’atsanaa min marqadinaa haadza maa
wa-’adar-rahmaanu wa shadaqal-mursaluun
Mereka berkata: “Aduhai celakalah kami? Siapakah yang membangkitkan
kami dari tempat-tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha
Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya).
(Mereka berkata) orang-orang kafir di antara
manusia, ("Aduhai!) Ya di sini menunjukkan makna Tanbih(celakalah
kami) binasalah kami lafal Wailun
adalah Mashdar yang tidak mempunyai Fi'il dari lafalnya. (Siapakah yang
membangkitkan kami dari tempat tidur kami -kubur-?")
karena mereka seolah-olah dalam keadaan tidur di antara kedua tiupan itu,
maksudnya mereka tidak diazab. (Inilah) kebangkitan ini (yang) telah (dijanjikan yang Maha Pemurah dan benarlah) mengenainya (Rasul-rasul-Nya) mereka mengakui atas
kebenaran yang telah dikatakan oleh para rasul, tetapi pengakuan mereka tidak
bermanfaat lagi. Menurut pendapat yang lain, bahwa kalimat tersebut dikatakan
kepada mereka.
إِن كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً
وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُونَ
53. In kaanat illaa saihataw waahidatan fa idzaahum jamii’ul ladaina
muhdlaruun
Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba
mereka semua dikumpulkan kepada Kami.
(Tiadalah teriakan itu selain
sekali teriakan saja, tiba-tiba mereka semua kepada Kami) di hadapan Kami(dikumpulkan.)
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ
نَفْسٌ شَيْئًا وَلَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
54. Falyauma laa tuzhlamu nafsun syai-aw wa laa tujzauna illaa maa
kuntum ta’maluun
Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu
tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan.
(Pada
hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kalian tidak dibalasi,
kecuali) dengan
balasan (apa yang telah kalian
kerjakan.)
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ
الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ
55. Inna ash-haabal jannatil yauma fii syughulin faakihuun
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam
kesibukan (mereka).
(Sesungguhnya penghuni surga
pada hari itu dalam kesibukan) mereka
tidak menghiraukan lagi apa yang dialami oleh ahli neraka, karena mereka sibuk
dengan kenikmatan-kenikmatan yang sedang mereka rasakan, seperti memecahkan
selaput dara bidadari-bidadari; mereka tidak mempunyai kesibukan yang membuat
mereka lelah atau payah, karena di dalam surga tidak ada kelelahan. Lafal
Syughulin dapat pula dibaca Syughlin (bersenang-senang)yakni
bergelimangan di dalam kenikmatan. Lafal Faakihuuna menjadi Khabar kedua dari
Inna, sedangkan Khabar yang pertama adalah Fii Syughulin.
هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي
ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ
56. Hum wa azwajuhum fii dhilaalin ‘alal araaiki muttakiuun
Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh,
bertelekan di atas dipan-dipan.
(Mereka) lafal Hum menjadi Mubtada (dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang
teduh) lafal
Zhilaalun ini adalah bentuk jamak dari lafal Zhillun atau Zhillatun; menjadi
Khabar Mubtada; arti Zhillun adalah tidak terkena panas matahari maksudnya
teduh. (Di atas dipan-dipan) lafal Araa-iki adalah bentuk
jamak dari lafal Ariikah, adalah ranjang atau permadani yang tebal (mereka bersandaran) bertelekan di atas
dipan-dipan; lafal ayat ini menjadi Khabar kedua dan menjadi tempat
berta'alluqnya Alal Araaa-iki.
لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ
وَلَهُم مَّا يَدَّعُونَ
57. Lahum fiihaa faakihatuw wa lahum maa yadda’uun
Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang
mereka minta.
(Di surga itu mereka
memperoleh buah-buahan dan mereka memperoleh pula) di dalamnya (apa yang mereka minta) apa yang mereka dambakan.
سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ
رَّحِيمٍ
58. Salaamun qaulam mir rabbir rahiim
(Kepada mereka dikatakan): “Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan
Yang Maha Penyayang.
(Kepada mereka dikatakan, "Salaam")
kedudukan kalimat ini menjadi Mubtada (sebagai ucapan selamat) yang menjadi Khabarnya ialah (dari Rabb Yang Maha Penyayang) kepada mereka, yakni Dia
mengucapkan kepada mereka, "Kesejahteraan
atas kalian."
وَامْتَازُوا الْيَوْمَ
أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ
59. Wamtaazul yauma ayyuhal mujrimuun
Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): “Berpisahlah kamu (dari
orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat.
(Dan) Dia berfirman pula, ("Berpisahlah kalian dan orang-orang mukmin
pada hari ini hai orang-orang yang berbuat jahat) mereka diperintahkan supaya
berpisah di kala mereka bercampur dengan orang-orang mukmin.
۞ أَلَمْ أَعْهَدْ
إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُّبِينٌ
60. Alam a’had ilaikum yaa banii aadama anlaa ta’budusysyaithaana
innahuu lakum ‘aduwwum mubiin
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu
tidak menyembah syaithan? Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata
bagi kamu”,
(Bukankah Aku telah
memerintahkan kepada kalian hai Bani Adam) melalui lisan Rasul-rasul-Ku (supaya kalian tidak menyembah setan) jangan menaatinya. (Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata
bagi kalian") yakni
jelas permusuhannya.
وَأَنِ اعْبُدُونِي ۚ هَٰذَا
صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ
61. Wa ani’buudunii, haadzaa shiraathum mustaqiim
dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.
(Dan hendaklah kalian menyembah-Ku) yakni esakanlah Aku dan
taatilah Aku. (Inilah jalan) maksudnya tuntunan(yang lurus.)
وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنكُمْ
جِبِلًّا كَثِيرًا ۖ أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ
62. Wa laqad adlalla minkum jibilan katsiran afalam takuunuu ta’qiluun
Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian besar di
antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan?
(Sesungguhnya setan itu telah
menyesatkan sebagian besar di antara kalian) lafal Jibillan adalah bentuk
jamak dari Jabiilun seperti wazan Qadiimun, artinya makhluk. Menurut qiraat
yang lain dibaca Jibullan dengan harakat Dhammah pada huruf Ba. (Maka apakah kalian tidak memikirkan?) tentang permusuhan setan dan
penyesatannya; atau azab yang bakal menimpa mereka, yang karenanya mereka lalu
mau beriman. Dikatakan kepada mereka di akhirat nanti:
هَٰذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي
كُنتُمْ تُوعَدُونَ
63. Hadzihii jahannamul lati kuntum tuu’aduun
Inilah Jahannam yang dahulu kamu di ancam (dengannya).
(Inilah
Jahanam yang kalian dahulu diancam) dengannya.
اصْلَوْهَا الْيَوْمَ بِمَا
كُنتُمْ تَكْفُرُونَ
64. Islauhal yauma bimaa kuntum takfuruun
Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu
mengingkarinya.
(Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kalian dahulu
mengingkarinya.)
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ
أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
65. Alyauma nakhtimu ‘alaa afwaahihim wa tukallimunaa aidiihim wa
tasyhadu arjuluhum bimaa kaanuu yaksibuun
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami
tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu
mereka usahakan.
(Pada hari ini Kami tutup
mulut mereka) mulut
orang-orang kafir, karena mereka mengatakan, yaitu sebagaimana yang disitir
oleh firman-Nya, "Demi
Allah, Rabb kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah." (Q.S. 6 Al An'am, 23) (Dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
kaki mereka memberi kesaksian) juga
anggota-anggota mereka lainnya (terhadap apa
yang dahulu mereka kerjakan) setiap
anggota tubuh mengucapkan apa yang telah diperbuatnya.
وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا
عَلَىٰ أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَأَنَّىٰ يُبْصِرُونَ
66. Walau nasyaa-u lathamasnaa ‘alaa a’yunihim fastabaqush-shirata
fa-annaa yubshiruun
Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata
mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat
melihat (nya).
(Dan jika Kami menghendaki pastilah
Kami hapuskan penglihatan mereka) Kami jadikan penglihatan
mereka buta sama sekali (lalu mereka
berlomba-lomba) bersegera (-mencari- jalan) untuk pergi sebagaimana
kebiasaan mereka. (Maka
betapakah) bagaimanakah (mereka dapat melihat) jalan itu, jika mereka dalam
keadaan buta? Yakni mereka pasti tidak akan dapat melihat jalan itu.
وَلَوْ نَشَاءُ
لَمَسَخْنَاهُمْ عَلَىٰ مَكَانَتِهِمْ فَمَا اسْتَطَاعُوا مُضِيًّا وَلَا
يَرْجِعُونَ
67. Walau nasyaa-u lamasakhnaahum ‘alaa makaanatihim famastathaa’uu muddliyyaw
walaa yarji’uun
Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami robah mereka di tempat
mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup
kembali.
(Dan jika Kami menghendaki
pastilah Kami ubah mereka) diubah
menjadi kera, babi atau batu (di tempat
mereka berada) menurut
qiraat yang lain lafal Makanatihim dibaca dalam bentuk jamak, yaitu
Makaanaatihim, yaitu di tempat-tempat mereka (maka mereka tidak sanggup berjalan dan tidak
pula sanggup kembali) yakni
mereka tidak dapat pergi dan tidak dapat pulang kembali.
وَمَن نُّعَمِّرْهُ
نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
68. Wa man nu’ammirhu nunakkishu filkhalqi afala ya’qiluun
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan
dia kepada kejadian (nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?
(Dan
barang siapa yang Kami panjangkan umurnya) yaitu diperpanjang ajalnya (niscaya dia Kami kembalikan)menurut
qiraat yang lain tidak dibaca Nunakkis-hu melainkan Nunkis-hu yang berasal dari
Mashdar At-Tankiis, yakni mengembalikannya (kepada kejadiannya) sehingga setelah ia kuat dan
muda lalu menjadi tua dan lemah kembali. (Maka apakah mereka tidak memikirkan?) bahwasanya Dzat Yang Maha
Kuasa memperbuat demikian, berkuasa pula untuk membangkitkan hidup kembali, oleh
karenanya mereka lalu mau beriman kepada-Nya. Menurut qiraat yang lain lafal
Ya'qiluuna dibaca Ta'qiluuna dengan memakai huruf Ta.
وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ
وَمَا يَنبَغِي لَهُ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُّبِينٌ
69. Wa maa ‘allamnahusy-syi’ra wa maa yanbaghi lahu in huwa illa
dzikruw wa Qu’aanum mubiin
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu
tidaklah layak baginya. Al Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab
yang memberi penerangan,
(Dan Kami tidak mengajarkan
kepadanya) yakni
kepada Nabi saw. (tentang
syair) ayat
ini diturunkan sebagai sanggahan terhadap perkataan orang-orang kafir, karena
mereka telah mengatakan, bahwa sesungguhnya Alquran yang didatangkan olehnya
adalah syair (dan bersyair
itu tidak layak) tidak
mudah (baginya.) (Alquran itu tiada lain) apa yang diturunkan
kepadanya, tiada lain (hanyalah
pelajaran) nasihat (dan Kitab yang memberi penerangan) yang menjelaskan tentang
hukum-hukum dan lain-lainnya.
لِّيُنذِرَ مَن كَانَ حَيًّا
وَيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ
70. Liyunzira man kaana hayyan wa yahiqqal qaulu ‘alal kaafiriin
supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup
(hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.
(Supaya
dia memberi peringatan) dengan
Alquran itu; lafal Liyundzira dapat pula dibaca Litundzira artinya supaya kamu
memberi peringatan dengan Alquran itu (kepada orang-orang yang hidup) hatinya, maksudnya tanggap
terhadap apa-apa yang dinasihatkan kepada mereka; mereka adalah orang-orang
mukmin (dan supaya pastilah
ketetapan) azab (terhadap orang-orang kafir) mereka diserupakan orang
mati, karena mereka tidak tanggap terhadap apa-apa yang dinasihatkan kepada
mereka.
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا
خَلَقْنَا لَهُم مِّمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ
71. Awalam yarau annaa khalaqnaa lahum mimmaa ‘amilat aidiinaa an’aaman
fahum lahaa maalikuun
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah
menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah
Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?
(Dan
apakah mereka tidak melihat) tidak
memperhatikan, Istifham di sini mengandung makna Taqrir dan huruf Wau yang
masuk kepadanya merupakan huruf 'Athaf (bahwa Kami telah menciptakan untuk mereka) ini ditujukan kepada
segolongan manusia (dari apa yang
telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami) dari hasil ciptaan Kami tanpa
sekutu dan tanpa pembantu (yaitu berupa
binatang ternak) unta,
sapi, dan kambing lalu mereka menguasainya?) dapat memeliharanya.
وَذَلَّلْنَاهَا لَهُمْ
فَمِنْهَا رَكُوبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُونَ
72. Wadzallalnaaha lahum faminhaa rakuubuhum wa minha ya’kuluun
Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka
sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan.
(Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu) Kami jadikan mereka tunduk (untuk mereka; maka sebagiannya menjadi
tunggangan mereka) menjadi
kendaraan mereka (dan
sebagiannya mereka makan.)
وَلَهُمْ فِيهَا مَنَافِعُ
وَمَشَارِبُ ۖ أَفَلَا يَشْكُرُونَ
73. Walahum fiiha manaafi’u wa masyaribu afala yasykuruun
Dan mereka memperoleh padanya manfaat dan minuman. Maka mengapakah
mereka tidak bersyukur?
(Dan
mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat) yakni dari bulu unta,
kambing, dan dombanya (dan minuman)dari
air susunya, lafal Masyaarib adalah bentuk jamak dari lafal Masyrab yang
bermakna Asy-Syurb atau minuman, makna yang dimaksud adalah tempat minum. (Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?) kepada Allah Yang telah
melimpahkan nikmat-nikmat itu kepada mereka, lalu karenanya mereka mau beriman.
Makna yang dimaksud ialah mereka tidak mensyukurinya.
وَاتَّخَذُوا مِن دُونِ
اللَّهِ آلِهَةً لَّعَلَّهُمْ يُنصَرُونَ
74. Wattakhadzu min duunillahi aalihatan la’allahum yunsaruun
Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar mereka mendapat
pertolongan.
(Mereka mengambil selain
Allah) selain-Nya (sebagai sesembahan-sesembahan) berhala-berhala yang mereka
sembah (agar mereka mendapat
pertolongan) terhindar
dari azab Allah, karena mendapat syafaat dari tuhan-tuhan sesembahan mereka
itu, ini menurut dugaan mereka sendiri.
لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ
وَهُمْ لَهُمْ جُندٌ مُّحْضَرُونَ
75. Laa yastathi’uuna nashrahum wahum lahum jundum muhdlaruun
Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka; padahal
berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka.
(Berhala-berhala
itu tidak akan dapat) yakni
sesembahan-sesembahan mereka itu tidak dapat menolong. Ungkapan kata berhala
memakai jamak untuk orang yang berakal hanyalah sebagai kata kiasan saja, yakni
mereka dianggap sebagai makhluk yang berakal (menolong mereka padahal berhala-berhala itu) sesembahan-sesembahan mereka
itu (menjadi tentara mereka) menurut dugaan mereka, yaitu
tentara yang siap menolong mereka (yang disiapkan) di dalam neraka bersama
mereka.
فَلَا يَحْزُنكَ قَوْلُهُمْ ۘ
إِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ
76. Falaa yahzunka qauluhum inna na’lamu maa yusirruuna wa maa
yu’linuun
Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu. Sesungguhnya Kami
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.
(Maka
janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu) seperti ucapan, bahwa kamu
bukanlah seseorang yang diutus oleh Allah dan ucapan-ucapan lainnya. (Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan) dari perkataan-perkataan
semacam itu dan yang lainnya, kelak Kami akan membalasnya kepada mereka.
أَوَلَمْ يَرَ الْإِنسَانُ
أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ
77. Awalam yaral-insaanu annaa khalaqnaahu min nuthfatin fa idza huwa
khasiimum mubiin
Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari
setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!
(Apakah
manusia tidak memperhatikan) apakah
ia tidak mengetahui, orang yang dimaksud adalah Ashi bin Wail(bahwa Kami
menciptakannya dari setitik air) yakni air mani, hingga Kami
jadikan ia besar dan kuat (maka
tiba-tiba ia menjadi penentang) yakni
sangat memusuhi Kami (yang nyata) jelas menentangnya, tidak mau
percaya kepada adanya hari berbangkit.
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا
وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَن يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
78. Wa dlaraba lanaa matsalaw wanasiya khalqahu qaala man yuhyil
‘idhaama wahiya ramiim
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya;
ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah
hancur luluh?”
(Dia membuat perumpamaan bagi
Kami) mengenai
hal tersebut (dan dia lupa
kepada kejadiannya) berasal
dari air mani, dan terlebih lagi ia lupa kepada hal-hal yang selain itu (ia
berkata, "Siapakah yang dapat
menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?")
hancur berantakan, di dalam ungkapan ini tidak dikatakan Ramiimatun, karena
isim bukan sifat. Menurut suatu riwayat dikisahkan bahwa Ashi bin Wail
mengambil sebuah tulang yang telah hancur, kemudian ia cerai-beraikan tulang
itu di hadapan Nabi saw. seraya berkata, "Apakah kamu berpendapat, bahwa Allah nanti
akan menghidupkan kembali tulang ini sesudah hancur luluh dan berantakan
ini?"Maka Nabi saw. menjawab, "Ya, Dia akan
memasukkanmu ke neraka."
قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي
أَنشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
79. Qul yuhyiihal ladzi ansya-ahaa awwala marratin wa huwa bikulli
khalqin ‘aliim
Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali
yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,
(Katakanlah! "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang
menciptakannya yang pertama kali. Dan Dia tentang segala makhluk) semua yang diciptakan-Nya (Maha Mengetahui) secara global dan rinci, baik
sebelum mereka diciptakan maupun sesudahnya.
الَّذِي جَعَلَ لَكُم مِّنَ
الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنتُم مِّنْهُ تُوقِدُونَ
80. Allazi ja’ala lakum minasy syajaril-akhdlari naaran fa idza antum
minhu tuuqiduun
yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka
tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”
(Yaitu
Tuhan yang menjadikan untuk kalian) yakni segolongan umat manusia (dari kayu yang hijau) yakni kayu pohon Marakh dan
Affar atau semua jenis pohon selain pohon anggur (api, maka tiba-tiba kalian nyalakan -api- dari
kayu itu.") kalian
membuat api daripadanya. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah swt. yang mampu
untuk menghidupkan kembali manusia yang mati. Karena sesungguhnya di dalam kayu
yang hijau itu terhimpun antara air, api, dan kayu; maka air tidak dapat
memadamkan api, dan pula api tidak dapat membakar kayu.
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِقَادِرٍ عَلَىٰ أَن يَخْلُقَ مِثْلَهُم ۚ بَلَىٰ
وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ
81. Awalaisal ladzii khalaqas samaawaati wal-ardla biqaadirin ‘alaa
ayyakhluqa. mitslahum balaa wahuwal khallaqul ‘alim
Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa
menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha
Pencipta lagi Maha Mengetahui.
(Dan tidakkah Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi itu) padahal langit dan bumi itu
sangat besar (berkuasa
menciptakan yang serupa dengan itu) yaitu manusia yang kecil
bentuknya itu. (Benar) Dia berkuasa untuk menciptakannya, di sini Allah swt. menjawab diri-Nya sendiri. (Dan Dialah Maha Pencipta) banyak
ciptaan-Nya(lagi Maha Mengetahui) segala
sesuatu.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا
أَرَادَ شَيْئًا أَن يَقُولَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
82. Innamaa amruhuu idza araada
syai-an anyayaquula lahuu kun fa yakun
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya: “Jadilah!” Maka terjadilah ia.
(Sesungguhnya perkara-Nya) keadaan-Nya (apabila Dia menghendaki sesuatu) yakni berkehendak menciptakan
sesuatu (hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah," maka terjadilah ia)
berujudlah sesuatu itu. Menurut qiraat yang lain lafal Fayakuunu dibaca
Fayakuna karena diathafkan kepada lafal Yaquula.
فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ
مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
83. Fasubhanal ladzi bi yadihii malakuutu kulli syai’in wa ilaihi
turja’uun
Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu
dan kepada-Nyalah kamu
dikembalikan.
(Maka
Maha Suci Allah Yang dalam genggaman-Nya kekuasaan) lafal Malakuutu pada asalnya
adalah Mulki kemudian ditambahkan huruf Wawu dan Ta untuk menunjukkan makna
mubalaghah, artinya kekuasaan atas (segala sesuatu dan kepada-Nyalah kalian
dikembalikan) kelak
di akhirat.
0 komentar:
Post a Comment